Lihat ke Halaman Asli

Dudi safari

Pegiat Literasi

Diam atau Bertindak adalah Suatu Pilihan

Diperbarui: 24 Desember 2021   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilutrasi gambar dari tempo.co

Dalam menegakkan apa yang dirasa sebagai suatu kebenaran tidaklah mudah, karena apa yang akan kita sampaikan kadang kala membuat diri kita sendiri terancam.

Banyak kejadian-kejadian di hadapan mata kita menuntut untuk intervensi, namun hati kebanyakan menolak sebab khawatir ketika kita intervensi malah jadi berbalik kita yang mendapat masalah.

Perlu latihan yang ekstra untuk menguatkan mental agar senantiasa apa yang dilakukan itu tidak lagi menimbulkan kekhawatiran dalam diri kita.

Kadang orang cenderung diam melihat kejahatan di hadapannya, sebab tadi khawatir menimbulkan epek bumerang.

Kecenderungan memilih diam ini adalah gejala normal yang terjadi di masyarakat umum, kesadaran untuk ikut campur meluruskan masalah atau mengurai benang kusut ini seperti terabaikan.

Jika gejala ini dibiarkan terus menerus akan berakibat tatanan masyarakat yang individualistis, hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri, bodo amat terhadap lingkungan sekitar, rasa memiliki menjadi hilang, solidaritas tumpul dan peduli lingkungan menjadi hilang.

Itu semua imbas dari rasa khawatir jika terlibat dalam urusan-urusan orang lain, maka akhirnya akan menyulitkan dirinya.

Ini penyakit! Jika kepedulian sudah hilang di kalangan masyarakat, supremasi hukum sulit ditegakkan akar masalah tidak ditemukan berlarut-larut menumpuk masalah, akhirnya akan terjadi ledakan sosial dan ini sekali lagi hanya berawal dari hal yang sepele yaitu hilangnya rasa kepedulian.

Tahapan-tahapan menuju kepedulian sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline