Lihat ke Halaman Asli

Abah Raka

catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

Antara Upin dan Udin

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_242920" align="alignright" width="300" caption="ilustrasi dari Mang Google"][/caption]

Selama ini Malaysia sangat popular dengan bangsa Peniru, khususnya peniru budaya Indonesia. Mulai dari kain batik, angklung, tari Pendet, Reog Ponorogo, lagu rasa sayange, bahkan katanya lagu sijali-jali, keroncong Jakarta yang sudah dipatenkan.

Banyaknya warisan budaya sebagai hasil cipta kreatif anak bangsa Indonesia yang ditiru oleh Malaysia tidak menutup kemungkinan juga merembet pada peniruan karya lainnya. Salah satunya adalah Serial Ipin dan Upin bisa jadi adalah karya tiruan anak Malaysia terhadap cipta kreatif anak bangsa Indonesia.

Dugaan ini didasari oleh kelucuan yang dibuat oleh Ipin dan Upin yang kadang sikapnya sok ketua-tuaan, misalnya ketika menjadi detektif, atau ketika akan menjual rambutan Kakek Dalang. Hal serupa seringkali dilakukan oleh salah satu tokoh dalam cerita yang cukup popular di Bandung yaitu Cangehgar.

Cangehgar atau kependekan dari Cangegang Bari Dahar eh Carita Ngeungah dan Segar (Cerita enak dan segar) merupakan sebuah dongeng bobodoran Sunda yang ditayangkan oleh salah satu stasiun Radio di Bandung. Untuk orang-orang Bandung dan sekitarnya, baik remaja ataupun usia dewasa tidak asing lagi dengan Cangehgar, bahkan sering pula di perdengarkan di angkot atau bis kota sebagai hiburan.

Cangehgar memiliki tokoh anak-anak yaitu Udin dan Icih. Tingkahnya ini kadang membuat orang-orang disekitarnya merah muka alias mengesalkan ditunjang dengan suara khas anak-anak yang nakal, cempreng, lucu kadang menggemaskan. Hal itu baru saja kita dengar melalui radio. Jika saja ada animator yang dapat menuangkan kelucuan atas tingkah laku si Udin dan Icih dalam sebuah gambar barangkali akan melebihi kelucuan Ipin dan Upin. Hal ini dikarenakan segmen cangehgar tidak hanya diorientasikan secara khusus untuk satu kalangan saja seperti Upin dan Ipin yang hanya untuk anak-anak. Namun untuk semua kalangan. Karena kelucuannya tersebutlah tidak heran jika Cangehgar tersebut kini dapat didonlot di media internet.

Peniruan lagi, mungkinkah?

Dengan latar atas ketidakbisadipercayaan bangsa Malaysia karena sering mengklaim budaya masyarakat Indonesia, mungkinkah bahwa Ipin dan Upin idenya didorong oleh Cangehgar tersebut. Ya bisa jadi seperti itu, Upin Ipin adalah produk peniruan atau bahasa halusnya didorong oleh inspirasi dari Cangehgar atas tokoh anak Udin dan Icih, Udin dan Icih yang telah diberi sentuhan imajinasi melalui sipembuat kartunnya dengan sedikit perubahan, yaitu tokoh Icih diganti kelaminnya menjadi laki-laki.

Jika anak-anak sangat terpukau dan betah ketika melihat tingkah polah Upin dan Ipin sayapun saya seringkali berlama-lama mendengarkan Cangehgar. Karena terpingkal-pingkal oleh tokoh si Udin dan Icih.

Jika boleh jujur barangkali ada kompasianer juga yang terinspirasi oleh Cerita dari Negeri Cangehgar seperti masanya Negeri Ngotjoleria yang membuat cerita-cerita Ngotjol yang segar dan menghibur. Dan bukan hanya Kompasianer, tapi juga kebanyakan dari kita barangkali suka meniru-niru seperti para pemusik kita yang meniru terhadap kreatifitas orang ataupun sebaliknya lagu kita ditiru-tiru oleh ketidakberdayaan kreatifitas orang lain.

Oleh karena itu, Mungkinkah Upin dan Ipin juga adalah Tiruan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline