Lihat ke Halaman Asli

Abah Raka

catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

Postmodernisme dan Keserbamungkinan Kebenaran

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedigdayaan Sains modern yang cenderung didominasi oleh analisis logis yang menolak tiap pembicaraan penuh makna tentang yang transcendental dan yang spiritual serta menganggap pembicaraan metafisika adalah sampah dan omong kosong menghasilkan berbagai ragam pemikiran dan pilsafat. Pemikirannya kemudian melahirkan ragam teknologi luar biasa yang mampu menghubungkan orang dari berbagai dunia, dengan satelitnya dan berbagai perangkat teknologi informasi. Teknologi informasi menjadikan dunia menjadi kecil, sehingga pepatah kita yang mengatakan ‘dunia tidak selebar daun kelor' jelas tidak berlaku lagi. Justeru sebaliknya dunia kini menjadi selebar daun Kelor. Patricia Aburden dalam megatrend 2000 menyebut dunia sebagai global village atau desa Global. Orang-orang dari berbagai dunia kini bisa terhubung, dunia menjadi tanpa batas, letak geografis, lautan dan terpisahnya benua tidak menjadi halangan. Budaya dari berbagai peradaban pun tercampur aduk dalam satu nuansa, budaya global, atau dalam istilah Samuel P. Huntington di sebut sebagai universalisme budaya; Budaya pemikiran yang sering dicirikan dengan dominasi rasio, budaya fesyen, ekonomi kapitalis, free sex, eksploitasi Sumber daya alam, narkoba, globalisasi bola, gerakan feminsime ekstrim, terkuburnya spiritualisme dan juga religiusitas dan lain sebagainya.

Kecenderungan di atas memunculkan berbagai persoalan; bangkrutnya ekonomi dunia, globalisai penyakit aids yang sampai saat ini belum ada obatnya, individualism dan kehampaan jiwa-penyakit, global warming, kerusakan ekologi, hilangnya keunikan budaya dan tradisi local. Berbagai persoalan ini pada akhirnya mendorong sebuah kritik pemikiran atas berbagai kemelut yang terjadi dalam dunia yang semakin sempit dan sesak ini, yaitu arus pemikiran POSTMODERNISME.

Buku yang dikarang Kevin O' Donnell ini secara komprehensif menyajikan pemikiran Posmodernisme dari berbagai sisi; mulai dari sejarahnya, Gender, Filsafat Konsumen, para tokoh, epistemologi kritik terhadap Modernisme, etika, eskatologi dan kredo postmodern sendiri.

Awal Postmodern

Postmodern pada awal kelahirannya merupakan kritik terhadap arus modernism yang semakin menggusur humanism dari manusia sendiri, melahirkan materialism dan konsumerisme yang merusak lingkungan dan menguras semangat serta nilai masyarakat. Ia (Posmodernisme) beraksi terhadap inti pilsafat modernism; Idealisme Descartes, Empirisisme Locke, dan Eksistensialisme Husserl, analisis logis Newton dan metode ilmiah Prancis Bacon.

Postmodernis awal, Nietzsche, mengkritik Modernism (sains) sebagai kecurangan yang mengklaim kebenaran yang tetap, netral dan objektif padahal sesuatu itu adalah mustahil. Bagi Nietzsche, penjelasan ilmiah bukan penjelasan yang sebenarnya; itu hanya menghasilakan deskripsi yang rumit (hal.42). Sedangkan Foucault curiga bahwa sains bukan disiplin netral seperti diklaim kaum Modernis, ada banyak teori bersaing dan berkompetisi disana. (hal. 43) Sedangkan Baudrillard curiga terhadap peran media massa sebagai wujud dari modernisasi yang telah banyak melakukan kebohongan. "Apakah kita benar-benar melihat apa yang terjadi? Siapa mengatakan hal itu? Begitu kecurigaan Baudrillard. Bahkan ia curiga bahwa perang teluk hanyalah drama layar kaca, tidak benar-benar terjadi. " Peperangan modern adalah peperangan cyber," ungkapnya. (hal 44). Menurut kaum postmodernis Ia adalah sebuah rekayasa penuh kepentingan dari agenda kapitalisme. Baudrillard melihat kapitlisme sebagai ssuatu yang mengubah manusia menjadi benda. (hal.113)

Metode dan kritik terhadap Postmodern

Salah satu metode dalam pilsafat baru ini adalah metode dekonstruksi Derrida, ia merupakan penyelewengan jalur komunikasi yang normal dan membuka makna dengan menemukan konsep yang tidak dapat diputuskan. Dekonstruksi sering diartikan sebagai skeptic dan destruktif seperti membongkar sebuah bangunan hanya demi kenikmatan membongkar. (hal.58). para pilsuf diluar jalur ini seringkali menilai dekonstruksi sebagai bebas nilai yang menghasilkan kekosongan dan kekacauan etika dan moral sehingga Posmodern pun tidak bebas dari kritik seperti ditulis oleh Scruton;

"Dengan membuktikan bahwa semua hukum dan larangan, semua makna dan nilai, semua yang menyulitkan, melingkupi atau membatasi kita dalam penemuan diri kita sendiri, setan memperkuat kepercayaan bahwa segala sesuatu diperbolehkan...kalau begitu godaan menjadi seorang pembebas tak terelakan. ‘ Musnahkan kebenaran suci,' kata arvel; ‘turunkan peraturan yag mengelilingi Anda'."(hal 104)

Namun tentu saja bagi Derrida sendiri, apa yang disebut dekonstruksi tidak pernah menentang institusi sebagai institusi, filsafat sebagai filsafat, disiplin sebagai disiplin, Derrida hanya memiliki keyakinan bahwa institusi mengandung kemungkinan bahwa kita dapat mengkritiknya, mengubahnya agar membuka institusi yang bersangkutan lebih baik bagi masa depannya. Baginya metode dekonstruksi merupakan kegiatan cinta, yang mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang berbeda-beda. (Hal 105) Dekonstruksi merupakan kegiatan keramahan dalam arti mengucapkan selamat datang kepada "yang lain".

Kajian Postmodernisme cukup membingungkan bagi siapapun termasuk para pelaku kebudayaan dari berbagai ranah kehidupan. Ada yang mengatakan bahwa Postmodern merupakan simpton kapitalisme yang dilahirkan dari kelimpahmewahan paham dan kepastian ekonomi sehingga beberapa kelompok menolak Postmodernisme. Yang lain menegaskan bahasa dan kebiasaan local, nasional dan tradisional melawan perasaan ironis perpaduan dari postmodernisme. Yang lain lagi menerima postmodernisme dalam kebudayaan dan ideology. Musik etnis dapat dicampur dengan teknologi baru dan irama rock; dipinjam, ditukar, dan dipolakan lintas wilayah. Ekonomi Asia Tenggara telah mengikuti ide citra; tanda realitas virtual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline