Lihat ke Halaman Asli

Belajar Tidak Mengeluh

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup di Jakarta yang penuh dengan dinamikanya, serta serba gerak cepat. Menjadi sebuah realitas tersendiri. Bagi pengguna CommuterLine banyak cerita tentang berdesakan di jam sibuk, bahkan masih ada yang mencoba masuk ketika gerbong sudah terlihat penuh. Bagi pengguna sepeda motor dan mobil tentunya kemacetan Jakarta yang menjadi hambatan.

Kondisi tidak nyaman tersebut bisa membuat kita untuk mengeretu atau sekedar mengeluh tentang kondisi yang terjadi. Hal ini sudah menjadi fitrah manusia, seperti  yang Allah gambarkan dalam Al Quran surat Al Ma'aarij  إِنَّ  الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعً     yang artinya "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir". Namun bukan berarti kita boleh berkeluh kesah sepanjang waktu.

Hidup kita sudah digariskan dan mempunyai skenario masing-masing. Jalan cerita hidup manusia tentu akan berbeda antara satu dengan lainnya. Hidup adalah sebuah pilihan, bagaimana kita akan isi hidup dengan kegiatan yang bermanfaat. Usia manusia terbatas, namun jejak amal sholeh yang ditinggalkan bisa melebihi dari usia biologis kita. Dan amal sholeh ini juga yang akan menemani kita selama di alam kubur kelak.

Keluh kesah memang kodrat manusia, belajar untuk tidak mengeluh adalah sebuah pilihan hidup. Tidak ada mata kuliahnya memang pelajaran tidak mengeluh ini. Mari kita belajar untuk tidak mengeluh, karena mengeluh tidak menyelesaikan masalah. Masalah yang ada bukan untuk dihindarkan tapi untuk tempat belajar kita menjad kuat.

Jakarta, 12 Februari 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline