Lihat ke Halaman Asli

Tuntaskan Masalah, Jangan Kerja Setengah Setengah

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah saya sedang membaca majalah Motivasi Luar Biasa, saya menemukan salah satu artikel yang bagus serta menginspirasi, lantas saya berpikir orang lain juga perlu membaca artikel ini. Sebuah artikel yang memberikan inspirasi kepada kita semua akan pentingnya jangan menyerah, tuntaskanmasalah, jangan kerja setengah setengah.

Karena saya beripikir, pasti semua orang pernah merasakan sedih, senang, susah, gembira,sehingga akan mempengaruhi semangat kita untuk menjalani kehidupan ini. Apapun diri kita, kita seorang pegawai, kita seorang pengusaha, kita seorang ibu rumah tangga, kita seorang manajer, Pilot, Insinyur, apapunlah diri anda pasti pernah merasakan gembira, sedih, dan pernah merasa nyerah akan permasalahan tertentu, itulah pentingnya artikel ini dalam menumbuhkan semangat pada diri kita yang sedang mengalami masalah, ataupun pada diri kita yang sedang bahagia karena hal yang menyenangkan.

Dalam berbagai kesempatan, berbagai literature, dan berbagai kisah sukses, ada satu hal yang hampir senada. Saat seorang tokoh hendak mencapai kesuksesan, ujian hampir dipastikan jauh lebih berat, jauh lebih sulit. Saat itu lah mereka yang berani dan terus maju, meski terseok, selangkah demi selangkah, bahkan kadang harus menyeret kaki dengan beban angkat berat, akan mencapai sukses yang didambakan. Hanya mereka – sekali lagi hanya mereka yang mampu terus melajulah yang akan bisa menyelesaikan perjalanannya.

Pasti kita semua masih ingat, tatkala kita sedang mengikuti tes Perusahaan tercinta ini, kita bisa membayangkan berapa ribu orang yang berkompetisi untuk bisa masuk di perusahaan ini, .

Sayangnya, tidak sedikit orang yang justru menyerah saat sudah jalan setengah, saat ada masalah, mereka justru menyerah ketika sudah terlanjur “basah”. Mereka takut tenggelam, meski diseberang sana ada banyak peluang. Atau adakalanya, seseorang merasa harus beristiahat untuk mengumpulkan tenaga kembali untuk terus maju, sayangnya yang terjadi ia justru terjebak di zona nyaman yang membuat berhenti melangkah ke hasil yang lebih gemilang. Bagi mereka yang berada pada kondisi ini, sebenarnya tantangannya hanya satu: bagaimana menaklukkan diri. Mau terus melaju, atau berhenti di tengah jalan?

Hal tersebut mengingatkan pada sebuah ungkapan tiongkok kuno yakni Yi Bu Zuo Er Bu Xiu yang bermakna “saat ada masalah, pilihannya berhenti atau tuntaskan, jangan setengah setengah”, barangkali kisah berikut bisa menjadi pembelajaran bersama bagi kita, untuk terus berani melangkah, berani menuntaskan laju perjuangan.

Pada zaman peperangan, di sebuah Negara bernama Wei, hiduplah seorang pria yang dipanggil Leyangtsi, ia mempunyai soerang istri yan gsangat luhur budi dan cerdas. Mereka hidup harmonis karena saling mencintai satu sama lain.

Suatu hari, Leyangtsi dalam perjalanan pulang dari bekerja, menemukan sebongkah emas. Baginya itu adalah harta yang sangat berharga. Karenanya sangking senengnya, ia pun segera berlari menuju rumah untuk memberitahukan penemuaanya pada istrinya, ia sudah membanyangkan istrinya pun pasti akan sangat gembira mendapat rejeki yang tak dikira kira. Namun ternyata sampai dirumah, ia justru mendapat “sambutan” yang berbeda. Istrinya berkata, “seperti yang kamu tahu, laki laki sejati tak akan pernah meminum ari curian, jadi bagaimana bisa kamu membawa emas yang bukan milikmu?”, mendengar ucapan itu, Leyangtsi pun terbuka kesadarannya, ia lantas segera mengembalikan emas itu ke tempat di mana Leyangtsi menemukannya.

Begitulah sang istri selalu mendampingi Leyangtsi dengan saling mengingatkan satu sama lain, hingga suatu ketika, Leyangtsi pergi untuk belajar pada seorang guru, yang membuatnya berpisah dengan sang istri untuk beberapa lama, pada suatu hari setelah mereka berpisah cukup lama, Leyangtsi dating kerumah, saat itu istrinya sedang menenun kain, melihat kedatangan yang tiba tiba, sang istri bertanya dengan nada khawatir, apa yang membuatmu kembali sebelum waktunya, Leyangtsi menjawab, dirinya sangat sedih berpisah lama dengan istrinya, dan ia sangat merindukannya.

Namu sang istri ternyata malah bereaksi kurang sesuai yang diharapkan, bahkan tanpa diduga, sang istri mengambil gunting dan langsung memotong kain tenunan yang hampir diselesaikannya. “aku tahu kamu memang mencintaiku, begitu juga sebaliknya, tapi seperti halnya kain ini, tak akan menjadi kain yang indah jikaaku tak menyelesaikannya, kalau hanya separuh saja, ini tak akan laku dijual atau tak akan bisa dipakai, begitu juga denganmu, saat kamu hanya menjalaninya setengahnya, ilmumu tak akan pernah cukup”m seru sang istri.

Leyangtsi pun sadar, ada kepentingan yang lebih besar daripada sekedar memnuhi rasa kangen pada istrinya, maka ia pun berjanji, baru akan kembali setelah menyelesaikan masa belejar dan mencetak prestasi yang mengagumkan.

Mungkin kita tak perlu melakukan apa yang dilakukan Leyangtsi, akan tetapi kita perlu memetik dari pesan cerita di atas, Kisah tersebut mencerminkan pengetian bahwa pekerjaan apa pun tak akan selesai tanpa kita sendiri menyelesaikannya. Maka jika kita hanya setengah setengah dalam usaha mewujudkan target, hasilnya pasti tak akan maksimal. Hanya mereka yang punya komitmen penuh untuk terus berjuang, selangkah demi selangkah hingga sampai garis finish lah yang akan mendapat hasil seperti yang diharapkan. Bahkan saat sudah selesaipun, sebenarnya jika ada kesempatan untuk menyempurnakan, kita masih bisa terus meraih hasil yang jauh lebih maksimal. Hal ini juga sering kita kenal dengan istilah Kaizen dalam bahasa jepang, yang berarti perbaikan, maka kita akan sampai pada tujuan.

Mari, saat ada masalah, jangan berhenti. Tuntaskan segera dan jangan setengah setengah. Jika kita bisa selalu menjalankan rencana dan tindakan hingga tuntas, hampir bisa dipastikan, impian apapun, bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan Go Ahead


Sumber: duakutub.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline