Lihat ke Halaman Asli

DuaBahasa

Words are mighty powerful; it's the Almighty's word that perfected our universe

Meliatkan Pribadi Menjadi Sang Pengasih (8)

Diperbarui: 13 Juni 2022   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[foto pribadi -- diambil dari Good News Bible, Collins World]

Perubahan yang sangat cepat seperti ini memang ciri orang yang pasif dan menderita ketergantungan. Tidak masalah siapa orang yang menjadi gantungan hidupnya; yang penting ada seseorang. Bukan soal bagaimana identitas seseorang tersebut; yang penting ada seseorang yang memberinya identitas. 

Oleh sebab itu, meski terlihat luar-biasa kuat, hubungan yang mereka jalin sebetulnya tidak dalam sama sekali. Karena kekosongan diri mereka sangat terasa dan ada keinginan kuat untuk mengisinya, orang yang pasif-bergantung akan buru-buru memenuhi kebutuhan mereka akan orang lain.

Ada seorang perempuan muda yang cantik, pintar dan sangat sehat, dan sejak usia 17 sampai 21 berhubungan seks dengan banyak pria yang kepandaian dan kemampuannya jelas di bawah dia. Dia meninggalkan pria yang satu untuk menjalin hubungan dengan pria lain lagi. 

Masalahnya, dia tidak bisa menunggu lama-lama setelah putus dengan yang satu dan langsung mencari pria lain yang dirasanya cocok, atau langsung memilih satu dari sekian banyak pria yang dikenalnya tidak lama setelah putus.

Tidak sampai 24 jam setelah hubungannya berakhir, dia akan mengajak pria pertama yang ditemuinya di bar, dan setelah itu dia akan datang untuk terapi berikutnya dengan hati ceria. "Laki-laki ini pengangguran memang, dan tukang minum, tapi yang jelas talentanya hebat dan perhatiannya pada saya besar sekali. Pasti hubungan kami akan langgeng."

Hubungan yang dia bina, sayangnya, tidak pernah langgeng karena dia sembarangan memilih pasangan. Dia juga akan kembali mulai bergantung pada pria tadi, dan menuntut lebih banyak lagi bukti perhatian sang kekasih, berusaha untuk selalu ada di dekatnya, dan tidak mau kekasihnya meninggalkan dia sendirian.

"Cintaku sangat besar jadi aku tidak sanggup jauh dari kamu," begitu yang dikatakannya kepada pasangan. Tapi lama-kelamaan sang pria akan merasa gerah dan terkungkung, tidak dapat bergerak, akibat "cinta" sang perempuan.

Mereka lalu terlibat pertengkaran hebat, hubungan mereka berakhir dan siklus yang sama kembali berulang hari berikutnya. Setelah terapi selama tiga tahun barulah perempuan itu sanggup keluar dari siklus tadi. Setelah mengikuti terapi, dia akhirnya tahu apa kepandaian dan kemampuannya.

Dia sadar dirinya kosong dan ingin kekosongan tersebut selalu terisi. Dia pun bisa membedakan mana perasaan itu dan mana cinta yang sejati. 

Disadarinya bahwa keinginan untuk terus mengisi kekosonganlah yang membuat dia mengawali dan menjalin hubungan yang merugikan dirinya. Diakuinya pula dia perlu mendisiplinkan diri sekuat tenaga untuk mengatasi keinginannya yang menggebu-gebu agar dengan demikian dia bisa memanfaatkan segala kemampuan yang ada pada dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline