Lihat ke Halaman Asli

Pasangan Hidup Sejati

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang isteri. Dia mencintai isteri yang keempat dan memberinya harta dan kekayaan yang banyak. Sebab dialah yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini sangat bangga dengan isteri ketiganya, dan selalu berusaha memperkenalkannya kepada semua temannya. Ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini akan lari dengan pria yang lain.

Iapun sangat menyukai isteri keduanya yang sabar dan pengertian. Bila pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan isterinya ini. Dialah tempatnya bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Isteri yang pertama adalah pasangan yang setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dialah yang merawat dan mengatur kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi sang pedagang tidak begitu mencintainya. Walaupan sang isteri pertama ini begitu sayang kepadanya, namun ia tidak begitu memperdulikannya.

Suatu ketika sang pedagang sakit dan menyadari bahwa dia akan segera meningagl. Lalu ia meminta semua isterinya datang. Ia bertanya kepada isteri keempatnya, "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Maukah engkau menemaniku?"

Isterinya terdiam, lalu menjawab, "tentu saja tidak," lalu ia pergi tanpa berkata-kata lagi.

Jawaban itu sangat menyakitkan hatinya. Pedagang ini lalu bertanya kepada isteri ketiganya, "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku?"

Isterinya menjawab, "Hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati."

Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Lalu, ia bertanya kepada isteri keduanya, "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau aku mati, maukah engkau ikut mendampingiku?"

Sang isteri menjawab pelan, "Maafkan aku," ujarnya, "aku tidak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu sampai liang kubur saja. Nanti kubuatkan makam yang indah buatmu."

Jawaban itu seperti kilat yang menyambar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline