Oleh: Dita Septi Aryani, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Akhir-akhir ini banyak banyak wanita di usia dewasa awal mengeluhkan diirinya merasa kosong, bingung, merasa tidak punya tujuan hidup, kesepian, tidak mampu mengendalikan emosi, sering melakukan self harm dan labil.
Wanita ini kemudian mendiagnosa dirinya setelah melihat informasi di internet mengenai Borderline Personality Disorder (BPD). Banyak pula pasien yang meminta dilakukan tes karena ia merasa bahwa dirinya BPD.
Apakah BPD itu, bagaimana ciri-cirinya? Dan bagiamana seseorang yang telah terdiagnosa BPD harus bersikap?
Mari kita mengenal mengenai BPD.
BPD merupakan singkatan dari Borderline Personality Disorder atau dalam bahasa Indonesia disebut gangguan keribadian ambang.
Gangguan kepribadian ambang/borderline merupakan salah satu gangguan kepribadian yang banyak ditemui di praktik psikiatri maupun psikologi.
Borderline Personality Disorder termasuk gangguan kepribadian tipe B, yaitu orang dengan perilaku dramatis, emosional dan eratik/tidak menentu.
Borderline Personality Disorder pertama kali diperkenalkan oleh Kernberg pada tahun 1975 sebagai suatu diagnosis pada sekelompok pasien dengan mekanisme pertahanan primitif dan objek relasi internal yang patologis (Kusumawardhani, 2007).
Disebut sebagai kepribadian ambang karena seseorang dengan gangguan ini tidak memenuhi kriteria neurosis maupun psikosis sehingga dianggap diantara kedua kondisi tersebut (Hamidah, dkk: 2020).