Material tekstil dalam Revolusi Industri 4.0 saat ini telah mulai dikembangkan di Indonesia, khususnya oleh Politeknik STTT Bandung, Kementerian Perindustrian R.I. Sensor tekstil merupakan material tekstil yang memiliki kemampuan untuk merasakan rangsangan dari lingkungan sekitar. Pembuatan sensor sentuh menggunakan prinsip sensor kapasitif berbahan tekstil menawarkan fitur bentuk serta fleksibilitas antarmuka antara manusia dan mesin yang lebih baik dibandingkan dengan sensor sentuh elektronik konvensional pada umumnya. Afriani, mahasiswa Politeknik STTT Bandung telah berhasil membuat inovasi sensor sentuh berbasis kain tekstil konduktif dan serat nano semikonduktor dengan mesin elektrospinning laboratorium Fisika Politeknik STTT Bandung . Hal ini dilakukannya karena melihat potensi yang sangat besar industri tekstil 4.0 di Indonesia yang bisa diterapkan. Meski demikian, minat jumlah industri dalam pembuatan material tekstil elektronik atau tekstil cerdas di Indonesia masih jauh dari target dan potensi yang dimiliki. Karenanya, Afriani mencoba mengembangkan sebuah inovasi perancangan material tekstil elektronik dengan memanfaatkan serat nano yang diproduksi menggunakan mesin elektrospinning hasil rancang bangun laboratorium Fisika Politeknik STTT Bandung untuk membuat sensor sentuh berbasis serat nano. Sensor sentuh berbasis serat nano ini dirancang menggunakan prinsip kerja rangkaian charge-discharge resistor-kapasitor yang telah dikembangkan oleh laboratorium Fisika Politeknik STTT Bandung sejak 2015. Sensor sentuh kain konduktif dan serat nano tersebut juga telah terkoneksi dengan piranti smart phone serta terhubung dengan suatu sistem berbasis IoT dan cloud. Menurut Afriani, penerapan sensor sentuh ini di pakaian dapat digunakan untuk membantu memonitor secara real time jumlah gerakan yang dilakukan oleh seseorang jika sensor tersebut tersentuh pada saat orang tersebut bergerak, sebagai contoh saat seseorang melakukan suatu olah raga angkat beban, maka jumlah gerakan yang telah dilakukannya akan termonitor di smart phone dan dapat terekam secara real time di cloud. Kedepannya, penerapan sensor sentuh berbasis serat nano ini dapat dikembangkan sebagai alat pendeteksi detak jantung real time dan juga untuk keperluan dalam ilmu ergonomi dan berbagai keperluan lainnya baik di bidang medis ataupun pendidikan.
Afriani menjelaskan bahwa sensor sentuh hasil rancang bangunnya ini lebih baik dibandingkan sensor sentuh komersil pada umumnya. Menurutnya, sensor sentuh ini memiliki keunggulan seperti mudah dalam rancang bangunnya, tingkat kelenturan yang lebih baik dibandingkan sensor sentuh komersil, dan material dalam membuat sensor sentuh ini mudah ditemui di Indonesia. Afriani menambahkan, meski ini baru penelitian awal, tetapi sensor sentuh ini akan terus dikembangkan. Tentu agar nantinya bisa lebih banyak fitur-fitur yang ditambahkan pada sensor sentuh berbasis serat nano tersebut dan juga dapat dikomersilkan supaya bisa memberi manfaat kepada masyarakat lebih luas. Akhir kata, semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan semangat kepada masyarakat tekstil dan akademisi, serta peneliti tekstil untuk selalu berinovasi demi kemajuan bangsa dan negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H