Lihat ke Halaman Asli

Mbah Maridjan, lupa mengunci Merapi

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbah Maridjan lahir di  desa cangkringan yang berada dikaki gunung Merapi pada tahun 1927 dimasa muda dia hidup  bersahaja didesanya . setelah juru kunci Merapi beralih ketangannya , Kesetiaan, keteguhan, kebersahajaan, sangat diperlihatkan dengan teguhnya memegang kunci gunung Merapi sebagai pengemban amanat yang diberikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, raja Yogyakarta. Karena setiap tahun selalu memperlihatkan gejala –gejala akan meletus . Bahkan pada tahun 2006 Mbah Maridjan menolak ketika Sri Sultan Hamengkubuwono X yang juga Gubernur D.I. Yogyakarta memintanya turun ikut mengungsi dengan penduduk lainnya.

Pengalaman tahun 2006 itulah mbah Marijan yang memegang teguh keyakinannya bahwa kunci Merapi masih ada di kantong celananya, merapi tidak akan meletus seperti penglamannya pada tahun – tahun lalu , tetapi ternyata karena lupa mbah Marijan memutar kunci , sehingga Merapi meletus sedemikian dahsyatnya yang meminta korban jiwa banyak penduduk yang bertahan tidak mau turun mengungsi karena mengikuti mbah Marijan. Memang pada tahun 2006 saat Merapi memperlihatkan gejala-gejala yang murka, dengan mengeluarkan larva panas yang membawa korban 2 orang, mbah Marijan hanya mengeluarkan 1 bungkus jamu kuku Bima… Gunung merapi kembali tenang sampai saat kembali murka dan membawa korban jiwa manusia termasuk jiwanya sendiri.

Keyakinan akan kebenaran merupakan jalan hidup yang telah berbudaya dalam kehidupan manusia, keteguhan akan keyakinan akan membuat manusia tegak dan kukuh atas pendiriannya, walaupun manusia itu menghadapi maut, begitu juga keyakinan mbah Marijan bahwa Gunung merapi yang telah menjadi bahagian dari jiwa dan raganya belum saat akan meletus dengan dahsyatnya. Mbah Marijan adalah manusia biasa dan alam disekitarnya adalah bahagian kehidupannya yang diciptakan oleh TUHAN Yang Maha Kuasa, yang tentunya mempunyai waktu yang telah di tetapkan olehnya, kapan akan hidup dan kapan mati..

Kini juru kunci itu telah berjalan mendaki gunung yang selama ini menjadi pujaannya… sambil membawa kunci yang dipercayakan kepadanya..

Selamat jalan Mbah Marijan yang telah berjuang dan meninggal dalam melaksanakan tugas dengan keyakinan dan keteguhan serta kesetiaan…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline