Para founding fathers kita memiliki sebuah pandangan kedepan yang luar biasa dalam menjaga kebhinnekaan indonesia. Mereka memahami bahwa komposisi multi religi serta multikultural Indonesia hanya dapat direkatkan dengan tidak menjadikan asas satu agama sebagai asas negara. Harapan mereka adalah,indonesia harmonis secara horizontal.
Kebhinekaan yang mulia ini hendaknya tidak berhenti pada tataran ideologis supaya cita cita visioner ini dapat benar benar diimplementasikan dalam sendi kehidupan. Dan sebagai alat dengan jangkauan pemirsa paling luas,maka seharusnyalah media televisi menjadi ujung tombak pemberi contoh dan tauladan bagaimana kehidupan berbhinneka seharusnya berjalan.
Namun sinetron di media televisi indonesia,yang merupakan representasi kehidupan masyarakat hanya menyajikan hal yang malah sangat homogen dan tak mencerminkan kebhinnekaan.
Itu semua dapat terlihat dari semua tokoh yang berkeyakinan satu agama. Dengan demikian maka otomatis tidak akan pernah ditunjukkan kepada masyarakat bagaimana berinteraksi dengan orang yang berbeda keyakinan, bagaimana seharusnya yang mayoritas mengayomi dan melindungi minoritas dan terpenting bagaimana seharusnya ekspresi peribadatan setiap agama dapat mendapat tempat dalam media nasional sehingga menjadi pengingat bahwa indonesia adalah negara multikultural.
Di samping sinetron, seharusnya televisipun juga menayangkan mimbar agama dari agama non mayoritas sehingga masyarakat pun dapat memahami bahwa pada intinya semua agama mengajarkan kebaikan.
Dengan pemahaman ini, secara gradual diharapkan masyarakat menjadi masyarakat yang tak memiliki prasangka buruk terhadap mereka yang memiliki etnis maupun kepercayaan yang berbeda sehingga hoax maupun adu domba akan gugur dengan sendirinya.
Dari semua media televisi yang berani menayangkan mimbar agama non mayoritas hanyalah TVRI (mungkin karena tv negara). Televisi diluar TVRI hanya nyaman dalam haknya menjaga rating dari masyarakat mayoritas namun lupa dengan kewajiban menjadi elemen bangsa yang turut bertanggung jawab mendidik rakyat tentang penghayatan bhinneka tunggal ika.
Maraknya aksi intoleransi dan terorisme di mana mana menunjukkan bahwa pertiwi sedang sakit. Sakit intoleransi dan radikalisme. Waktu tinggal sedikit bagi bangsa ini untuk menjaga dan merawat kebhinnekaan dan keutuhan bangsa.
Drumiel nugroz
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H