Lihat ke Halaman Asli

DrsMakir

Guru Agama Islam

Pengembangan Asesmen Diagnostik Non Kognitif pada Mata Pelajaran Agama Islam

Diperbarui: 31 Maret 2023   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengembangan Asesmen Diagnostik Non Kognitif Pada Mata Pelajaran Agama Islam

Oleh

Drs. Makir

Guru SDN Pepelegi 2

 

             Untuk bisa membuat asesmen diagnostik non-kognitif ini guru harus menyiapkan beberapa pertanyaan yang mendalam yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi psikologi dan emosi siswa. Adapun jawaban dari pertanyaan yang dibuat guru tersebut tidak ada yang benar ataupun salah, karena kondisi psikologis dan emosi setiap siswa itu berbeda-beda. Guru dapat lebih menekankan apakah siswa telah menjawab secara jujur atau tidak. Kejujuran siswa disini sangat diperlukan karena guru dapat menggali lebih dalam tentang keadaan siswa. Keadaan siswa yang diamati guru tidak hanya diamati selama di sekolah saja, namun juga diamati dalam kehidupan siswa di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.

             Menilik dari tujuan asesmen diagnostik non-kognitif yang pertama adalah memahami tingkat kesejahteraan emosi, psikologi, dan sosial siswa. Kondisi kesejahteraan ekonomi,psikologi, dan sosial siswa sangat penting untuk digali oleh guru karena guru akan dapat menentukan capaian pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswanya.  mengetahui aktivitas siswa ketika belajar di rumah, memahami kondisi keluarga siswa, memahami latar belakang pergaulan siswa, dan mengidentifikasi karakter, minat, serta gaya belajar siswa untuk mengetahui personalnya.

Tahap Asesmen Diagnostik Non-Kognitif terdapat empat tahap. Setiap jenis asesmen memiliki tahapan-tahapan yang berbeda-beda. Ini karena hasil akhir yang ingin dicapai pun berbeda. Tahap asesmen diagnostik non-kognitif yang pertama adalah Tahap Persiapan, tahap persiapan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah meyiapkan instrumen asesmen yang meliputi gambar atau emoji yang bisa mendukung suasana hati seseorang, membuat tabel pertanyaan atau sejenis kuisioner yang dihubungkan dengan gambar atau emoji di poin sebelumnya. Contoh pertanyaan dari asesmen diagnostik non-kognitif ini ialah seperti “Bagaimana perasaanmu saat ini?”, “Apa kamu merasa nyaman saat belajar di kelas?”, “Apa yang kamu lakukan setelah pulang sekolah?", dan lain sebagainya. Yang kedua adalah Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini, siswa harus mengisi instrumen asesmen yang telah guru buat. Pengisian instrumen tersebut harus dilakukan secara jujur tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Supaya pengisian instrumen dapat berjalan sesuai dengan harapan, Anda dapat memberikan waktu bagi siswa untuk berpikir. Tahap ketiga adalah Tahap Diagnosis atau Tindak Lanjut, pada tahap ini, guru harus dapat menganalisis kondisi psikologi dan emosional siswa melalui hasil asesmen. Kemudian, guru dapat melakukan pendekatan dan melibatkan orang tua jika memang itu diperlukan.

Berikut beberapa contoh Asesmen Diagnostik Non-Kognitif pada mata pelajaran agama islam dalam merancang proses kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan. Contoh dari asesmen diagnostik non-kognitif  ialah sebagai berikut.

Contoh soal asesmen diagnostik non-kognitif SD ialah sebagai berikut.

1. Apakah kamu merasa nyaman ketika belajar di kelas?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline