Lihat ke Halaman Asli

Dr RusdianLubis

Advisor at Indonesian Infrastructure Finance

Seorang Pendidik yang Rendah Hati dan Pejuang Sejati (Kenalang tentang Pak Teddy Rusdy) oleh Sabar Maruli Simamora, S.H., M.H.

Diperbarui: 8 April 2021   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (foto koleksi pribadi keluarga Teddy Rusdy)

Sekitar bulan Januari 2009, untuk pertama kalinya saya bertemu dan kenal dengan Pak Teddy Rusdy untuk memberikan bantuan hukum sebagai advokat untuk masalah perusahaan. Kebetulan, Ibu Sri Teddy Rusdy adalah senior saya di Fakultas Hukum Unair, Surabaya.

Tidak lama setelah pertemuan pertama, mengetahui bahwa saya juga bermain golf, Pak Teddy yang adalah golfer antusias mengajak bermain golf di lapangan Pondok Indah sembari berdiskusi permasalahan hukum perusahaan. Dari main golf pertama, dilanjutkan main hampir tiap minggu sekali selama bertahun-tahun di lapangan yang berbeda-beda. Bahkan, kami juga ke Bali untuk main golf di New Kuta Golf Pecatu dan Nirwana Golf.

Setiap main golf dihabiskan dalam waktu yang cukup lama (4-5 jam) dalam suasana santai dan sembari kami berdiskusi mengenai masalah hukum. Tetapi, perbincangan lebih banyak Pak Teddy menyampaikan pikiran-pikirannya tentang persoalan-persoalan bangsa, sejarah Indonesia, keluarga, ibadah, olahraga dan musik. 

Dari intensitas waktu tersebut, saya sebagai advokat lama-kelaman merasa tidak hanya sebagai advokat lagi melainkan sudah seperti anak, adik, dan sekaligus teman bagi almarhum dimana saya sangat bersyukur bisa mengalami dekat dengan Pak Teddy Rusdy. 

Beliau bukan saja seorang yang berada di balik karya-karya besar Jenderal Beny Moerdanin dan Jenderal Try Sutrisno, melainkan juga seorang pendidik yang rendah hati dan pejuang sejati.

Setiap bermain golf bersama Pak Teddy, selalu ada saja input yang diberikan untuk improvisasi permainan saya. Saya masih ingat bagaimana beliau menjelaskan perbedaan bermain di fairway bunker dengan green bunker, bagaimana bermain shortgame untuk menghasilkan score terbaik dalam turnamen, dan bagaimana menciptakan swing dengan hasil draw yang cukup jauh. Semuanya itu di ajarkan dengan cara yang sangat sabar dan tidak mudah dilupakan.

Pada usia 75 tahun, Pak Teddy masih beberapa kali naik panggung menerima trofi juara dalam Turnamen Monthly Medal di Pondok Indah dan beberapa lapangan lainnya. Di ruang kerjanya, ada banyak trofi juara yang sudah diterima Pak Teddy Rusdy. Di situ, juga terpampang foto Pak Teddy Rusdy sedang bermain golf dan mengayunkan Stick di Tee Box putih. Itulah foto hasil jepretan saya, saat itu kami bermain di Pondok Indah pada tanggal 19 Mei 2011.

Saya masih suka mengenang masa-masa bersama Pak Teddy Rusdy. Bersyukur saya pernah dibelikan 1 stick golf-Apron Wedge (AW) merek Nike, stick ini masih saya pakai sampai sekarang dan menjadi kenang-kenangan dari almarhum. Selain itu, saya juga bersyukur diberi 1 stick lagi-Driver merek Royale oleh Ibu Sri Teddy Rusdy sehingga melengkapi stick-stick golf sebagai kenang-kenangan yang menyemangati permainan golf saya.

Saat Pak Teddy Rusdy dipanggil Tuhan pada tanggal 31 Mei 2018, saya sedang berada di Vatikan untuk wisata rohani bersama keluarga. Saya merasa sangat sedih karena tidak dapat mengantarkan dan memberikan penghormatan terakhir, tetapi dalam keheningan saya berdoa untuk Pak Teddy Rusdy. Semoga almarhum diberikan kedamaian dalam istirahatnya, diampuni dosa-dosanya, dan diberikan kemuliaan di surga.

Saya hingga saat ini masih menjadi advokat dan sahabat keluarga Teddy Rusdy dalam mendampingi berbagai persoalan. Terima kasih Pak Teddy.

Ditulis oleh: Sabar Maruli Simamora, S.H., M.H., pendiri Kantor Advokat dan Konsultan Hukum Sabar Simamora & Partners.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline