Saling menjelekkan, saling menuduh, dan saling menjatuhkan menjadi bumbu-bumbu pemilu yang berlangsung 3 hari lagi. Pendukung si tukang bohong menuduh si tukang culik akan mengulang melakukan pelanggaran HAM jika menjadi Presiden. Si tukang culik tak membantah bahwa dirinya dulu pernah menculik dan sudah diadili oleh Dewan Kehormatan Militer. Baginya kejujuran lebih penting. Pemimpin tidak boleh berkhianat dan tidak boleh ingkar janji...
Sebaliknya pendukung si tukang culik menuduh si tukang bohong merupakan maling negara yang sesungguhnya. Kebohongan selalu menutupi dirinya melalui pencitraan-pencitraan palsu. Jika si tukang bohong menjadi presiden, maka habislah aset-aset negara nantinya akan dikuasai oleh cukong-cukong yang membiayai proses perjalanan si tukang bohong menjadi presiden.
Jadi, pilih presiden yang mana: si tukang culik tapi jujur atau si tukang bohong ternyata ingkar janji ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H