Lihat ke Halaman Asli

Penyusupan Fasisme Dalam Sidang Itsbat

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13757229631794821123

Seremonial sidang Itsbat yang diselenggarakan hari Rabu tanggal 07 Agustus 2013 di aula  kementerian Agama, sidang Itsbat  di orientasikan untukmemfasilitasipenyamaaan persepsi dan pandangan tentang  penetapan 1 ramadhan maupun 1 Syawal, sehingga ummat dapatmemiliki rujukanyang cerdas dan mencerahkan. Namun keberadaan sidang itsbat mengalami disfungsi dan digunakan untuk memobilisasi penyatuan dukungan politis atas nama Agama serta menciptakan suasana permusuhandengan merendahkan kelompok yang berbeda.Sidang Itsbat yang di pimpin oleh Menteri Agama ingin menunjukkan superioritas kelompoknya atas kelompok yang lain.

Praktek semacam ini Cuma ada dalam kelompok yang menganut ideologi Fasisme,bedanya, Menteri Agama menggunakan Sidang Itsbat untuk menggerakkan dan memanfaatkan kondisi kepatuhan Psikologis masyarakat dikarenakan keinginan dan rasa ketergantunganpada lembaga negara sebagai tempat berlindung.Sidang itsbat didesain dengan menyesuaikan keinginan kelompok mayoritas sehingga dapat merawat kekuatan Pengaruh dan kestiaan kelompok peserta sidang itsbat yang pesertanya terdiri dari berbagai kelompok agama,Sidang itsbatditampilkan dengan dengan slogan kesatuan dan “Persatuan” sehingga sebagai satu kesatuan Forum, sidang Itsbathanya patuh pada keinginan Menteri tanpa mempersoalkan apa dan bagaimana.

Sidang Itsbat atau Politisasi Agama

Sidang itsbat yang semestinya penuh dengan dialog dan komunikasi dua arah yang bermuatan argumentasi teologis terkaitmomentumritual, sidang itsbat malah menjadi ajangmenaklukkan kelompok yang berbeda, kecenderungan sidang itsbat tidak lagi menunjukkankewibawaan Agama tetapi lebih mengutamakan kharisma dan dominasi kekuatan politik sehingga suasana sidang Itsbat sesungguhnya manifestasikeinginan Menteri Agama melakukan ekspansi kekuasaan .

Sidang itsbat yang dihadiri mayoritas kelompok Agamawan berubah menjadipendukung secara membabi buta lewat slogan Politis: “Persatuan” dan kesatuan yang dikumandang sang menteri, perbedaan yang akan dimunculkan dianggap sebagai sesuatu yang tabu karena dapat merusak citra dan kharisma sang menteri sebagai pimpinan Sidang itsbat.

Momentum Sidang Itsbat yang selalu dinantikan oleh khalayak malah jadi ajangpolitisasi demi mobilisasi dukungan politik bagi sang Menteri,Sidang Itsbat menjadi panggung aktualisasi sang menteriyang memilki hasrat politik mengebu-gebu sehingga dominasi sebagai hasrat utamanya bisa tercapai. Momentum Sidang Itsbat tidak lagimengarah pencarian kebenaran dan titik temu dari semua pandangan agama, tetapi didesain untuk memaksakan publik menyaksikan dominasi politik atas agama dengan slogan dan doktrin nasionalisme sesat sang menteri,sehinggaslogan sang Menteri yang berkedok demi “Persatuan “menjadi landasan keberagamaanyang terus menerus dipropagandakan.

Tanpa kita sadari, Sidang Itsbat yang sangat Mulia dan dinantikan oleh ratusan juta mata telah dijadikan alat propaganda politik, tema dan simbol “Persatuan” yang selalu ditampilkan jauh lebih dominan agar hegemoni melalui simbol agamamenjadi efektif melakukan penaklukan Publik.

Bagaimana mungkin sidang akan kondusif, jika sejak awal suasana forum telah diantar dengan tema yang sektarian dan cenderungmengkriminalisasi kelompok yang berbeda.Posisi menteri Agama dapat lebih unggul berkat dukungan media massa dan ketergantungan Publik sehingga memudahkan sang menteri “Persatuan” melakukan pemaksaan pada para Peserta Sidang Itsbat. Posisi menteri sebagai lembaga yang Absah melegitimasikeunggulan tema dan argumentasi politisnya sehingga kelompok lain harus tunduk dan dikuasai.

Pada akhirnya, kita akan menyaksikan Sidang Itsbat yang jauh dari nilai Pancasila: Musyawarah dan penuh kebijaksanaan,kita akan disuguhi pertarungan dominasi simbol Politik atas kebenaran Agama. Yang kita akan saksikan hanyalah upaya sistematik sang menteri Agamaguna menaklukkan publik untuk bersama mendukung “Persatuan” dibandingkan memilih kebenaran Agama dan Akal Sehat.

pertanyaan lanjutan: kenapa Kementerian Agama hanya melibatkan Mayoritas Ulama hanya pada momentum sidang Itsbat? Mengapa dalam soal yang lebih strategis tentang sistem antri haji sebagai ritual suci , merekamelakukan secara sembunyi-sembunyi?? Padahal posisi kementerian Agama tidak berhak menafsirkan apalagi membuat Peraturan yang masuk ranah Agama. namun jawabannya sekali lagi: inilah gaya dan style kaum fasis, yang anarkis dan memuja kekuasaan. demi mencapai tujuan dan dominasi politiknya menggunakan segala macam cara untuk menghegemoni dengan propaganda lewat simbol dan slogan Agama.

,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline