Lihat ke Halaman Asli

Dristy Aulia

Jurnalis dan penulis

Hitam Putih

Diperbarui: 30 Desember 2021   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mila  menangis terisak. Di depan banyak orang yang menyaksikan, ia berikrar. Sembari menjabat tangan seorang yang disepuhkan. Sebut saja namanya Ibrahim. Terdengar lirih dua kalimat sahadat dari lisan gadis itu, disambut doa dan haru para saksi dan tamu. 

"Sekarang, kamu telah kembali fitrah," ucap Ibrahim sembari tersenyum manis.

"Terimakasih sudah menyelamatkan jalanku, Kak," ucap Mila, sembari menghapus air matanya. 

Suasana berubah menjad hari. Mila mendapat pelukan dan ucapan selamat dari beberapa wanita yang hadir di tempat itu. Sementara kaum pria, mulai menikmati hidangan yang tersedia.

Dari arah luar, tanpak seorang perempuan paruh baya datang tergesa-gesa. Lantas semua mata tertuju padanya. Tak terkecuali Mila, ia begitu terkejut, "Mama..." gumamnya. Wajahnya tanpak pucat seketika, ia berlari kecil berlindung di belakang tubuh kekar Ibrahim.

"Saya tidak akan berdebat dengan siapa pun di sini. Yang saya mau, kembalikan anak saya. Jika tidak, saya akan melaporkan ini ke pihak berwajib,"ucap wanita itu. Ia adalah Bu Ratna. Ibu kandung dari Mila.

Air matanya menetes perlahan, tak tertahan.

"Kami tidak menculik anak ibu, kami hanya menunjukan jalan yang lurus pada anak ibu. Silakan ibu duduk dulu, kita bicarakan bak-bak soal ini," pungkas Ibrahm dengan tenang. Semua orang di sana hanya menunduk seolah tak punya banyak daya.

Bu Ratna kembali meneteskan air matanya, ia mula terisak. "Keluarga kami keluarga bergama. Kami islam, kitab kami al-quran, nabi kami nabi Muhammad. Kami shalat, kami puasa, jakat. Kami sama seperti kalian Pak. Mengapa kalian perlu mebaiat anak saya dan memfonis kami yang bukan golongan kalian ini kafir? kenapa anak saya diislamkan kembali? kenapa Pak?" lirih bu Ratna. Tak siapa pun menghampirinya. Ia mash berdiri d ambang pintu, berharap anaknya kembali. Namun, Mila tanpaknya memilh untuk tetap tetap bersembunyi di belakang Ibrahim sembari menangis. 

"Silakan masuk dulu Bu, mari bicara baik-baik," ajak Ibrahim dengan sikap yang masih begitu tenang.

Dari sudut ruangan seorang perempuan berkata,"Jika ibu Islam, kapan bu bersyahadat? Siapa imam yang akan bersaksi bahwa Ibu islam? " Itu suara Fatimah. Ustadzah di kalangan orang-orang itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline