Lihat ke Halaman Asli

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Riwayatmu Kini

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Inilah faktanya. Istri saya bekerja sebagai guru wiyata bakti di salah satu SD Negeri di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Ia mengajar kelas 2, “megang” kelas istilahnya. Mengampu semua mata pelajaran. Total 24 jam pelajaran seminggu. Sama dengan guru PNS. Bahkan masih ditugasi ngurusi bos, bantuan siswa miskin, perpustakaan dan beberapa tugas lain. Padahal guru PNS yang lain ada yang tidak begitu padat beban tugasnya. Kadang saya kasihan juga kalau melihat istri saya lembur sampai malam di rumah, merekap nilai atau merekap data siswa miskin dll. Sering juga istri saya mengeluh. Beban kerja begitu berat tapi bayarannya ngga seberapa. Cuma Rp 200.000,-sebulan. Bayangkan, bayaran segitu ya cuma cukup buat beli bensin sama pulsa. Di sekolah juga sering dibebani tugas-tugas lain yang ngga kalah bikin pusing.Mentang-mentang guru wiyata bakti, selalu dibebani banyak tugas. Sementara yang guru PNS sibuk ngurusi sertifikasi. Malah menurut cerita istri saya, ada temannya yang cuma dibayar Rp 75.000,- sebulan. Luar biasa! Benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa nih. Padahal temannya itu pria, punya istri dan anak. Istrinya di rumah saja ngga kerja. Benar-benar prihatin kehidupannya.

Sering saya sarankan untuk berhenti jadi guru kalo memang cape. Ngurus anak saja di rumah. Tapi dia nggak mau. Alasannya kalo di rumah saja wawasannya kurang, pergaulan terbatas, dll. Sebenarnya sih mungkin ‘demi status’. Walaupun hanya guru wiyata bakti dan bayarannya pas-pasan, setidaknya dengan ‘bekerja’, status sosial di mata masyarakat dan tetangga kiri kanan lebih terangkat, sedikit lebih ‘keren’lah istilahnya daripada cuma jadi ibu rumah tangga biasa.

Info terakhir sih, bayarannya mau disamakan dengan dengan UMR. Tapi dah lama banget belum juga terealisasi. Mungkin cuma angin surga saja, karena waktu ada kunjungan Menkokesra Agung Laksono, ada guru wiyata bakti yang curhat ke pak menteri tentang bayarannya yang cuma Rp 80.000,- sebulan. Saat itu Pak Bupatimenyanggupi akan menaikan bayaran guru wiyata bakti sama dengan UMR. Tapi nyatanya, sampai ganti bupati belum terealisasi.

Saya sih berharap, mudah-mudahan yang mengalami hal seperti ini cuma guru wiyata bakti di wilayah kami saja.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline