Lihat ke Halaman Asli

Dr. Dedi Nurhadiat

Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Program Wisata Industri Terbesar di Asia, Gayung Besambut dengan SMA Vokasi, Mengapa Baru Dicanangkan Saat Ini?

Diperbarui: 9 Maret 2023   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Studi kampus, dan studi wisata (foto koleksi pribadi)

Tampaknya jika benar akan ada program SMA vokasi yang dicanangkan di pusat Industri terbesar di Asia. Mungkin gayung bersambut dengan program wisata Industri yang bulan lalu sudah mulai sosialisasi. Ini bukan milik kedaerahan tapi milik Indonesia. Maka layak ditulis di kompasiana. 

Semua wilayah di NKRI pasti menyambutnya dengan penuh optimis. Sejak gagalnya Pak Dakhlan Iskan memproduksi mobil listrik secara masal di Indonesia, ternyata hal itu telah memicu Pindad meluncurkan mobil "Maung" dan IPTN bangkit kembali  dengan produk barunya. Hal ini kini ditangkap pemerintah lokal yang memiliki kawasan industri terbesar di Asia. Walau ada yang mengatakan hampir terlambat

Pak Made, bigutu biasanya dipanggil. Beliau memang sangat tepat memimpin dunia pendidikan di daerah industri seperti Bekasi. Mengapa? Terbukti, bahwa beliau saat memaparkan alur program, begitu menyentuh jantung Bekasi. Belum juga satu bulan sosialisasi program wisata Indusri dilakukan Dinas Pariwisata pemerintah setempat. Tepatnya sebelum rotasi para kepala KCD di seluruh Jawa Barat. Usai dilantik Pk Made langsung menangkap dan meluncurkannya kembali. Video dibawah ini adalah sosialisasi sebelum beliau turun gunung ke Bekasi. Kita tahu bahwa Bekasi adalah gerbangnya industri tingkat tinggi untuk ekspor dan import.

.

Maka wajar saja jika ada pejabat negara ditempatkan di Jabodetabek, khususnya di Bekasi akan membuka jendela dunia. Semua industri kelas dunia pabriknya ada di kawasan ini. Sejak jepang menerapkan JIT, yang kemudian ditiru semua pengelola industri kelas dunia. Apa itu? Jepang, Korea, Tiongkok dan lainnya, membangun pabriknya tidak di negaranya. Karena biaya angkutnya sangat mahal dan perlu gudang penyimpanan produk jadi, dengan sewa tempat dan keamanan. Dengan JIT, mereka membangun pabrik di negara berkembang. Sehingga memangkas biaya kirim dan biaya penyimpanan. Satu kendaraan roda empat hanya perlu waktu 2 jam saja lewat mesin produksi di negara berkrmbang itu. Sistem inden menghilangkan biaya gudang dan biaya keamanan. Maka produk bisa murah.


Hal diatas telah dibaca para pejabat di Jabodetabek. Bahkan di Bekasi, baru beberapa hari dilantik, seorang pejabat langsung bicara program SMA Vocasi dengan sistem sister school. Tampaknya sejalan dengan program Wisata Industri Pemerintah Kabupaten Bekasi. Terlebih kepala SMA/SMK sudah lama bicara CSR yang sejak alih kelola tidak menyentuh sekolah menengah atas. Sehingga bangunanya sangat kontras dengan SD dan SMP.

 Saat SMA/SMK berada dalam satu perahu dengan SD dan  SMP di Bekasi. Pembangunan pisik sekolah hampir semua sekolah berlantai dua bahkan 3 lantai. Itulah hebatnya sekolah yang berada di pusat industri. Apalagi ini adalah kota pusat industri terbesar di Asia seperti; MM2100, dan Pusat Industri Lippo Cikarang. Pabrik industri barang berat seperti mobil aneka merek; Toyota, Daihatsu, Hyundai dll. Semua berada di pusat Industri Bekasi. Bahkan banyak hasil industri untuk di ekspor ke luar negeri. Belum lagi pabrik pembuatan barang elektronika dan barang perkakas rumah tangga; Penasonic, Maspion hingga pabrik Boneka Barbie.

Walau pak Made pejabat KCD wilayah 3,  bicara keprihatinan, ketika membahas sekolah yang belum punya lahan. Katanya ada 4 SMA masih numpang. Walau DPA mencapai milyaran tidak akan mampu menyaingi pembangunan sekolah sewaktu berada dibawah kendali Kabupaten yang selalu dibanjiri dana CSR. Padahal SMK dan SMA itu untuk warga sekitar industri itu. Kini sejak alih kelola SMA/SMK hanya mengandalkan satu sumber saja. Diduga program SMA Vokasi akan dapat membuka jalan dialog dalam hal ketimpangan di atas.

 Timbul pertanyaan  "bukankah CSR itu untuk semua sekolah?" Tapi SMA/SMK itu berada di naungan Provinsi. Distribusi CSR dari Industri terbesar di Asia itu sejak alih kelola akhirnya deras mengalir ke SD dan SMP. Maka kini sekolah SD & SMP berdiri begitu cepat  dan megah. Bahkan banyak SMP yang  berdiri langsung menyerupai bangunan mall (laksana pusat perbelanjaan). Sebagai gambarannya di SMP Serang Baru  Cibarusah. Apa benar demikian? Jawabnya beberapa pengelola ada yang mengatakan "bagunan megah itu hanya sementara saja". Diduga kedulitan dalam pemeliharaannya  karena sekolah SMP semegah itu, tanpa SPP bulanan,  kemegahan itup katanya tidak lama juga. Tentu saja hal lebih berat lagi bagi SMA/SMK yang tanpa CSR.

Pak Made  dari KCD3 tampaknya  sangat tepat segera mendeklarasikan  SMA Vokasi karena ingin meniru sekolah di Bali yang menyatu dengan lingkungan wisata turis asing. Tapi di Bekasi lebih fokus ke Industri kelas dunia. Jika di Bali mengarah ke penguasaan bahasa asing, dan pariwisata. Di Bekasi akan bergerak untuk meningkatkan keterampilan tingkat tinggi yang langsung menyentuh barang ekspor impor. Diduga kesempatan belajar di pusat industri (SMA Vokasi) hampir sama dengan mendapatkan dana CSR. Namun bentuknya pelatihan.

Program SMA vokasi dan wisata Industri walau beda induk  organisasinya tapi  tampaknya gayung bersambut. SMA Berbasis Vokasi, meningkatkan life skill dengan sister school bersama SMK Mitra industri di MM2100. Akan terasa bagi SMA Negeri  biayanya lebih ringan. Karena tidak usah membeli peralatan secanggih itu. Itulah kehebatan Pak Made dalam membaca peluang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline