UAS yang sedang viral menjadi perbincangan itu, ternyata menduga bahwa deportasi di Singapura, Timor Leste & Belanda itu aktornya dari Jakarta. Dalam wawancara lewat virtual dengan Dubes Indonesia Untuk Singapura disiarkan TV One. Terungkap juga bahwa ada informasi dari petugas negara tetangga yang berujar kepada UAS bahwa semua ini, atas permintaan dari Jakarta (mungkin oknum).
Akhirnya belakangan perwakilan Dubes Indonesia untuk Singapura itu menjelaskan
"UAS dilarang masuk Singapura karena dianggap nilai-nilai dakwah yang disampaikan beliau itu tidak mencerminkan penghormatan terhadap agama lain dan memisah-misah. Hal itu yang dianggap tidak sejalan dengan Singapura sebagai negara multi ras multi agama. Karena dianggap mengganggu stabilitas, maka dilarang masuk Singapura."jelas Suryopratomo kepada KompasTV.
Semua orang Indonesia pemeluk ajaran Islam rata-rata mengenal UAS sebagai orang penganut ajaran garis lurus yang tidak mau masuk golongan manapun juga. Maka dengan peristiwa deportasinya ini, banyak pejabat negara buka suara, dari mulai Sandiaga Uno perihal kabar Ustadz Abdul Somad (UAS) yang diungkap di Liputan6.com. Kementerian Dalam Negeri Singapura untuk Indonesia, mengungkapkan alasan Ustaz Abdul Somad dideportasi. Singapura menganggap sosok penyiar agama itu pro ekstremisme dan menyangkut pernyataan bom bunuh diri di Palestina. Begitu yang tertulis di CNN Indonesia.
Kita ketahui kedekatan Zionis Yahudi begitu dekatnya dengan Singapura. Seperti banyak saksi, begitu meriahnya saat perayaan kemerdekaan Israel di negara ini.
Jelas kaum Zionis sangat marah saat mendengar pernyataan
"UAS telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'."
Terungkap untuk menggalang dukungan, kaum Zionis mendekati non-muslim, dengan mengungkap alasan sensitif & masuk di akal. Karena UAS pernah mengatakan salib sebagai tempat tinggal roh kafir. Selain itu, juga pernah menyatakan di hadapan publik bahwa penganut agama selain Islam adalah kafir. Di medsos begitu viral tentang hal sensitif ini. Padahal bagi pemeluk Islam kata kafir itu dianggap bahasa paling sopan.
Media adalah bagian dari senjata dalam berperang. Kaum Zionis sangat piawai dalam pemanfaatan media. Kenyataannya, senjata canggih bisa tidak meledak karena kalah dalam pemberitaan. Senjata canggih pemusnah masal, jika meledak pada saat yang tidak tepat bisa membunuh pemiliknya secara mental dan fatal akibatnya. Musuh bisa terbunuh, tapi bisa kalah dalam perang opini.
Zionis tentu sangat marah ketika UAS bicara tentang Palestina. Karena opini yang dibentuk UAS diatas mimbar hasilnya selalu spektakuler. Untuk membalas pernyataan UAS tentang Palestina yang paling tepat, tentu lewat jaringan yang ada di Singapura. Terutama lewat pemilik kebijakan. Sehingga reaksinya langsung berefek kepada musuh-musuh Zionis secara lebih besar diluar UAS.
Terungkap, bahwa perayaan kemerdekaan Israel yang dirayakan secara besar-besaran di Singapura seolah-olah menjelaskan bagaimana posisi penting Israel di negara tersebut, khususnya di Asia Tenggara. Seperti kata Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Luar Negeri, KH. Muhyidin Junaidi yang pernah mengatakan, perayaan secara besar-besar kemerdekaan Israel di Singapura menunjukkan posisi penting Israel di kawasan Asia Tenggara
Ini adalah bagian dari perang Zionis dengan Palestina yang meminta dukungan orang non-muslim dunia. Karena UAS lewat ceramahnya laksana melempar batu kecil dengan ketepel yang mengenai bagian otak kecil di bagian belakang kepala raksasa. Seperti kisah Nabi Daud membunuh Jalut, diceritakan bahwa Daud membunuh Jalut dengan menggunakan ketapel atas izin Allah Ta'ala. Kini batu itu dilemparkan UAS.
Pembelaan diri untuk melegalkan tindakan Singspura dalam mendeportasi UAS gencar dilakukan. Banyak cara dipublikasikan media. Diantaranya melalui pernyataan Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu RI Judha Nugraha. Misalnya dengan melontarkan data rasionil yang mencatat terdapat 452 WNA yang sudah ditolak masuk ke RI dengan berbagai alasan, dari 452 itu, sebanyak 152 adalah warga negara Singapura. Angka itu didapat hanya tahun ini saja, dari Januari 2022 hingga 17 Mei 2022.