Siraman air penyejuk dahaga, dikala panasnya suasana demo mahasiswa, berhasil dimainkan bu Sri Mulyani, lewat berita wacana pencairan THR. Tentang hal itu, hari Jum'at ini telah ditindak lanjuti. Berupa pidato resmi kenegaraan oleh Presiden RI.
Pernyataan Presiden RI tentang mudik dan pemberian THR & gaji ke-13, tahun 2022, itu disiarkan sekretariat Kabinet RI, dan telah di serbu para ASN. Terbukti video itu, banyak muncul dari WA ke WA. Di youtube saja pasca salat jum'at telah menyedot perhatian, hingga tercatat 45,6 ribu Subscribe dalam waktu singkat. Saat tulisan ini dibuat, sudah 9,5 Ribu kali ditonton. Padahal baru beberapa jam tayang. Pasca salat Jum'at penontonnya terus merangkak naik. Seolah suasana
Padahal sebelumnya amarah rakyat, khususnya mahasiswa begitu memuncak kepada para tokoh yang berani mengungkapkan wacana pemilu 2024 ditunda. Tokoh yang dimaksud diantaranya Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan atau Zulhas. Tokoh itu, menjadi pusat kemarahan para pendemo. Hingga di depan gedung MPR menjadi pusat berita terjadinya pelanggaran HAM terhadap Ade Armando.
Yang paling heboh dan menggetarkan publik jagat raya Indonesia, adalah klaim Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Karena beliau mengaku punya big data soal ratusan juta orang di media sosial yang setuju terkait wacana penundaan pemilu 2024.
Pemimpin partai-partai dan mentri Jokowi, yang sedang giat membangun citra penundaan pemilu 2024 itu, kini gagasannya tumbang dengan menumbalkan Ade Armando jadi pusat amukan masa. Esensi demo mahasiswa itu, malah terkubur oleh isu pelanggaran HAM, atas peristiwa penganiayaan dan penelanjangan terhadap tokoh kontroversi dari Universitas Indonesia itu.
Hebohnya peristiwa demo mahasiswa, telah menyita perhatian setiap individu di jagat medsos, dan akhirnya berita itupun, muncul pula di Televisi, dengan fokus utama pada kisah penganiayaan dan pelanggaran HAM. Esensi demo mahasiswa seolah terkubur oleh berita tokoh kontroversial itu.
Pada mulanya, sangat wajar jika wacana penundaan pemilu 2024 itu, menjadi pusat amarah. Karena isu demikian, hampir menjadi bola liar di kalangan elite politik Tanah Air. Mulai dari ketua parpol hingga menteri ramai-ramai menyuarakan penundaan pemilu hingga perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.Tampaknya gagasan itu, kini berbalik arah. Akhirnya para tokoh itu mulai sibuk menangkisnya.
Yang patut diacungi jempol itu, solidnya pemerintah yang berkuasa saat ini. Bermainnya sangat cantik, sehingga demo mahasiswa sebesar itu, nyaris tanpa memakan korban. Padahal isu awalnya mengarah pada upaya mengubah konstitusi. Mengubah konstitusi dengan cara demikian itu, sangat tabu. Penulis menilai strategi Orde Baru (dalam makna positif), telah berjalan di adopsi secara hampir sempurna. Siapapun nanti yang akan jadi Persiden di tahun 2024. Para tokoh yang disebutkan di atas, layak diperhitungkan, oleh lawan atau kawan.
Strategi jitu itu, diantaranya menyiram air dingin ke bara api. Melalui Informasi cairnya THR di hari jum'at. Berita itu, tampaknya telah menyejukan situasi bagi sebagian masyarakat. Khususnya keluarga ASN. Bagai menyiram lahan kering. Dampak dari berita itu, yang sejuk bukan hanya ASN, karena menyangkut pada daya beli masyarakat pada umumnya.
Strategi share berita Tunjangan Hari Raya bagi ASN dibuat viral lewat medsos. Saat itu di umumkan Sri Mulyani. Mencuatnya wacana itu, pasca demo mahasiswa usai. Dalam video itu Sri Mulyani mengungkapkan THR akan segera cair pada hari Jum'at 15 April. Sejak saat itu, tensi politik dirasakan penulis mulai menurun. Share video Sri Mulyani bertahap mengalahkan berita demo. Sejak berita itu tersebar, tensi darah masyarakat terasa mulai menurun drastis. Mengapa ? Tampaknya ada hubungannya dengan keistimewaan hari Jum'at ? Para penguasa di Indonesia sejak jaman Orde Baru, sangat piawai memanfaatkan hari keramat.
Bagi umat Islam dan beberapa agama yang diakui di Indonesia ( Islam, Kristen dan Hindu). Mengakui keramatnya hari Jum'at. Seperti keramatnya tanggal 17 Agustus 1945, hari Jum'at Legi, pukul 10.00. Saat itu Bung Karno dan Bung Hatta atas nama rakyat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.