Edu fair di Sumarecon, Bekasi hari ini, Rabu 9 maret 2022. Menghadirkan dua sosok penting. Yaitu Kadisdik Provinsi Jawa Barat dan Istri Kang Emil, Gubernur Jawa Barat. Walau acaranya tidak ditayangkan langsung dalam bentuk streaming, seperti yang diusulkan penulis (Hybrid Meeting) namun kegiatan ini banyak ditangkap moncong kamera.
Diduga beberapa orang yang membawa kamera itu dari berbagai media disamping dari panitia. Semoga saja video dari panitia itu, bisa di share kemudian, setelah semua data masuk ruang editor. Walaupun bentuknya siaran tunda. Karena siaran ini penting di simak banyak siswa. Seperti uraian kisah dari dua tokoh di atas. Penulis sempat mengabadikan lewat siaran langsung lewat FB pribadi, seperti di bawah ini.
https://www.facebook.com/waglo.subang/videos/369012364850930/?flite=scwspnss
Kadisdik provinsi Jawa Barat, H.Dedi Supandi, S.Tp., M.Si mengungkapkan tentang alumni SMK dari Cirebon, banyak alumni SMK yang bekerja di Jepang dengan penghasilan lumayan besar. Tapi saat pulang ke Indonesia mereka berfoya-foya akhirnya uang hasil bekerja di luar negeri itu ludes.
Tak kalah mirisnya, isi presentasi sosok ibu literasi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil. Beliau bercerita tentang anak muda yang kaya raya secara instan, dengan koleksi mobil mewah berjejer-jejer. Hingga akhirnya bercerita tentang korban pinjaman online. Korban itu, terpaksa harus pindah rumah, dan ganti nomor Hp.
Mendengar paparan singkat dua pembicara di atas. Jika kita kaji begitu pentingnya wawasan tentang literasi itu. Diantaranya tentang literasi numerasi. Agar cerita miris di atas tidak terjadi lagi pada alumni sekolah yang kita bina.
Literasi numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol, terkait dengan matematika dasar. Kecakapan itu, untuk
memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari. Disamping itu dapat digunakan untuk menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.)
Tentu saja bukan hanya mengenal tapi trampil juga dalam menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut. Dalam hal ini, untuk memprediksi dan mengambil keputusan. Sehingga peristiwa miris di atas, bisa dihindari.
Tragisnya peristiwa yang diuraikan Ibu Atalia Praratya di atas begitu memukau penonton. Namun kisah berikutnya membuat merinding bulu kuduk. Pramesuri Kang Emil yang juga disapa dengan "Teteh Cinta", atau "Bunda Cinta", siang itu benar-benar piawai mengolah ceritera lewat kata-kata.