Diduga banyak organisasi menutup akses berita, karena penuh rasa takut. Untuk menyelamatkan harga diri dan jabatan. Setiap kasus diselesaikan secara diam-diam tanpa melibatkan jaringan bentukan
pemerintah. Padahal coronavirus, adalah pandemi global yang sedang berlangsung. Perlu kekompakan masyarakat dalam mengentaskannya dengan memutus mata rantai. Tapi dari dua sistem ini ternyata keduanya bermanfaat.Saya lebih suka dengan sistem informasi terbuka yang diterapkan SMP Labschool Jakarta, yang bersipat terbuka dalam menyikapi pandemi ini. Akses informasi begitu mudah di dapat dan transparan. Sehingga saat minggu ini Labschool Jakarta kembali PJJ dapat diketahui masyarakat luas, dan tidak mengakibatkan kepanikan. Beda sekali dengan manajemen tertutup, sengaja dibuat sepi dari pemberitaan, sehingga nuansanya nyaman. Cara menciptakan situasi agar sepi, diantaranya dengan menutup akses informasi.
Karena manajemen terbuka SMP Labschool Jakarta sangat elegant. Membuat setiap orang tak panik lagi dengan kondisi kembali ke PJJ itu. Justru diduga menciptakan naiknya tingkat kepercayaan orangtua kepada sekolah, karena kesigapannya. Maka hal demikian yang penulis anut untuk informasi keluaga. Walau berdampak pada banyaknya agenda kegiatan harus dilaksanakan dengan cara unik.
Semua ini, dilakukan penulis karena untuk melindungi masyarakat banyak. Walau demikian, semua pekerjaan tetap berjalan dengan baik melalui sistem pendelegasian terkontrol, seperti: rapat MKKS, manajemen Asosiasi, pekerjaan kantor, pekerjaan media SATUGURU, pengelolaan wahana edukasi Waglo, dst. Inilah pentingnya ilmu pendelegasian dengan kontrol yang sangat ketat.
Tidak mudah meyakinkan orang banyak dalam sebuah organisasi itu. Tapi manajemen pendelegasian itu, perlu adanya saling percaya dan utuh. Perlu karya nyata dalam bentuk ketauladanan. Seperti memberi contoh aktivitas setiap hari berangkat subuh, dan pulang malam hari sesuai kepentingannya. Mereka semua mengetahui bahwa penulis pulang, disaat kantor sudah kosong. Selama itu, banyak pekerjaan yang dikerjakan. Seperti halnya membuat tulisan ini.
Saat kantor kosong itulah manajemen puncak bisa berbincang dengan petugas malam di lokasi. Dialog dengan OB begitu sangat leluasa. Bahkan sempat dialog dengan pengembang jalan di depan kantor, serta sempat bicara dengan pemborong bangunan proyek perumahan Metland Cikarang timur yang sedang berada dilapangan. Disamping memantau juga untuk memperbaiki sistem kinerja. Pengamatan perilaku karyawan adalah bagian dari ilmu psikologi. Intinya untuk mengenali kinerja yang sesuai dengan kepribadiannya.
Jejak pengamatan rutin itu, membuahkan hasil nyata saat terpaksa mengisolasi diri karena pandemi. Hal inipun, bukan karena terpapar virus, tapi disiplin dengan sistem yang telah di buat.
Nyaman dengan pekerjaan masa lalu di semua sektor, karena laporan kinerja berjalan sesuai SOP dari berbagai lini. Diantara bentuk laporannya berupa share foto dan japri pekerjaan.
Semua ini, terus berjalan sesuai komitmen awal. Jadi isolasi mandiri ini, bukan karena terpapar tapi lebih menyangkut tanggung jawab sosial. Dan menjalankan kesepakatan-kesepakatan. Sekalian mengedukasi masyarakat. Apalagi PTM 100% sedang gencar di sosialisasikan sesuai SKB 4 Mentri.
Manfaat manajemen perwakilan dengan kontrol yang ketat itu, terasa ketika diberlakukan penuh disiplin. Tentu saja harus sesuai dengan wacana dalam pertemuan sebelumnya.
Awal kisah, diantara anggota pertemuan, ada yang bekerja di Rumah Sakit. Diantara anggota keluarga tadi memiliki gejala seperti diuraikan salah seorang dokter di Afrika Selatan, yang ditulis BBC Indonesia. Menjelaskan gejala varian virus corona, Omicron.