Lihat ke Halaman Asli

Dr. Dedi Nurhadiat

Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Gabus Pucung & Bilingual di Festival Mustikarasa 2021

Diperbarui: 27 Desember 2021   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serah

Mustikarasa akan lebih bermakna lagi sejak kelahirannya lewat sebuah festival. Karena yang semula hanya dalam bentuk buku, kini berubah  pada peragaan dan pengenalan lewat video di channel youtube. Gabus pucung Bekasi bisa tembus pasar dunia. 

Sayangnya orang Indonesia saja banyak yang tidak tahu tentang "kelewek", seperti tampak di video berikut ini. Padahal itu adalah bumbu utama sayur khas Bekasi. Pucung atau kelewek akan tembus pasar dunia lewat Mustikarasa bilingual. Pembelajaran bahasa Inggris, Jerman, Perancis, atau Jepang di Sekolah KBRI akan lebih seru dengan mengangkat ramuan yang ada di Mustikarasa. Apalagi jika semua yang upload itu menggunakan bahasa bilingual.

Perlu kita pahami, bahan-bahan berupa rempah, alat-alat yang digunakan dan proses pengolahan akan lebih akurat jika diperagakan langsung, dan ditayangkan berupa video. Lebih praktis dan sangat mudah di pahami. Terlebih lagi corak dan warna makanan bisa tampil secara utuh dalam sebuah gambar, bahkan bisa lebih menarik.

Ir. Sukarno presiden pertama RI, sungguh cemerlang melahirkan Mustikarasa. Sama cemerlangnya dengan gagasan Jaya Suprana melahirkan museum MURI.

Festival Mustika rasa di Jawa Barat. Yang diselenggarakan di awal bulan Desember 2021. Mengawinkan kedua ide cemerlang di atas. Berharapan mengangkat citra Indonesia.

Jika Mustikarasa mendapat rekor MURI intuk kategori video terbanyak. Diduga akan mengangkat perekonomian nasional. Karena menu masakan tradisional memerlukan bahan baku dari daerah. Berarti mengangkat perekonomian dari hulu 

dokpri

ke hilir.

Festival Mustikarasa adalah tonggak sejarah pertama, untuk pengenalan rempah-rempah  lokal menembus  revolusi industri 4.0. Karena digitalisasi menu masakan khas Indonesia identik dengan pengenalan rempah-rempah secara kasat mata. 

Dengan pelibatan guru dan siswa dalam fertival ini, membuka kembali Program  Wawasan Internasional yang tumbang pasca RSBI dibubarkan. Mustkarasa dan bilingual layak jadi progran lanjutannya kelak.

Melalui Festival Mustikarasa, telah melegendakan gagasan cemerlang Ir. Soekarnoe, lebih berkibar lagi secara internasional. Sayangnya belum berdampingan dengan program wawasan internasional (WI) yang identik dengan penggunaan bahasa bilingual.

Jika program Nihonggo Partners  melegendakan program Kelas Bilingual yang pernah terlahir dengan nama lain dari program WI (Wawasan Internasional). Maka festival Mustikarasa jika publikasinya secara bilingual akan tembus pasar dunia dalam waktu singkat.

Kita pahami dari program WI, masa lampau melahirkan program lanjutan yang beranak pinak hingga eksport dan import melalui pintu sekolah tercipta. Ekspor rempah-rempah lewat Ambasador Indonesia untuk Asia & Eropa mulai berjalan selama tahun 2021. Mega Zulaila sebagai pembuka jalan ke arah itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline