Gigi susu yang sehat akan menjadi pemandu gigi dewasa untuk tumbuh dengan dan baik menempati ruang yang tepat. Sesuai dengan umurnya, rahang dan organ tubuh yang lain dapat tumbuh, baik secara ukuran maupun volume. Namun, berbeda dengan gigi. Saat masih anak-anak, gigi susunya berukuran kecil dan akan mulai berganti di usia 6 tahun. Gigi tidak membesar, lo. Namun, ia berganti dengan ukuran 1.5 sampai 2 kali lebih besar.
Bagaimana kalau gigi susunya gigis? Gigis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cuil-cuil pada pinggir gigi. Gigi anak yang gigis tentu akan berpengaruh pada penempatan gigi pengganti, yang akhirnya menyebabkan gigi berjejal.
Akibat lainnya adalah gigi yang gupis akan menyebabkan anak bisa merasakan sakit, bengkak sehingga tidak mau makan. Kondisi ini akan berpengaruh pada nutrisi yang masuk ke tubuhnya. Selain itu, hal ini juga berpengaruh pada kemampuan bicara anak. Salah seorang teman saya yang juga seorang psikolog pernah melakukan penelitian tentang kemampuan berbicara antara anak yang giginya gigis dan tidak. Hasilnya, memang ada perbedaan tingkat kemampuan bicara anak yang giginya gupis dengan anak yang giginya baik. Tentang hal ini, akan dibahas di lain kesempatan.
Gigi anak bisa gigis karena disebabkan oleh beberapa hal, sesuai dengan faktor penyebab karies gigi, yaitu gigi itu sendiri sebagai host, substrat berupa sisa makanan, mikroorganisme terutama bakteri kariogenik, dan waktu terjadinya karies.
Adapun dari faktor gigi itu sendiri, kekuatan atau struktur gigi anak dipengaruhi saat masih dalam kandungan. ada masa ini nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu hamil sangat berpengaruh pada kesehatan gigi anaknya kelak. Untuk itu, konsumsilah makanan dan minuman bergizi yang mengandung kalsium dan vitamin. Selain itu, tablet penambah darah yang diberikan oleh bidan atau dokter kandungan saat masa kehamilan juga harus diminum karena baik untuk memperbagus mineral yang terbentuk sebagai benih gigi. Hal ini terutama karena pada trisemester pertama, seorang ibu sering mengalami muntah sehingga tidak mau makan. Kondisi ini sangat tidak baik untuk pembentukan benih gigi dan organ janin lainnya.
Sementara dari faktor substrat, yaitu sisa makanan dan minuman, terutama susu formula, soda, dan minuman manis, seperti jus buah, teh manis, dan lainnya. Bahkan, ASI-pun ada kandungan karbohidratnya meskipun tidak sebanyak susu formula atau minuman manis. Cara minum susu juga sangat berpengaruh. Minum susu menggunakan dot akan memperparah terjadinya karies yang disebut karies botol atau rampan karies.
Makanan yang mengandung gula dan tepung juga turut serta meningkatkan risiko karies pada anak. Beberapa contoh makanan yang mengandung gula dan tepung adalah mi, nasi, kismis, permen, kue, sereal dan roti, serta es krim.
Anak yang sering mengemut makanan tentu akan berisiko terjadinya gigis ini. Nah, semua sisa makanan dan minuman ini akan tertinggal di gigi dan akan diubah oleh bakteri yang hidup di mulut menjadi asam. Selanjutnya, kombinasi bakteri, asam, sisa makanan, dan air liur akan membentuk zat yang disebut dengan plak. Plak apabila dibiarkan akan terbentuk white spot atau bercak bercak putih yang akhirnya menjadi lubang. Kalau sudah demikian, meskipun disikat, gigi akan tetap berlubang.
Seiring dengan berjalannya waktu, lubang pun akan makin dalam dan lebar. Apabila tidak diatasi, karies yang makin dalam akan menyebabkan infeksi pada ujung akar gigi dan gusi yang berakibat pada rasa sakit dan pembengkakan.
Oleh Rahayu Puji Astuti