Lihat ke Halaman Asli

Ketika Rakyat Menolak untuk Bayar Pajak...

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SANGAT disayangkan ketika rakyat berteriak untuk menolak/boikot bayar pajak. Selogan pajak yang selama ini ditayangkan baik di media elektronik dan cetak "Lunasi Pajak dan Awasi Penggunaanya"  membuat rakyat kecewa .

Selogan pajak tersebut memaksa masyarakat untuk wajib dan taat membayar pajak. Namun, kenyataannya,  mereka yang mengelola pajak sendiri yang tak transparan dalam pengelolaannya. Maka, wajar sekarang rakyat kini bertanya: apakah pajak yang mereka berikan telah digunakan semestinya? Untuk pembangunankah? Atau hanya dinikmati orang-orang seperti Gayus?

Gayus Halomoan P. Tambunan bak kisah-kisah dongeng. Hanya kurang dari lima tahun, hidupnya berubah drastis. Dulu, sebelum "kariernya" bersinar di Direktorat Pajak, lelaki yang dituding terlibat penggelapan pajak senilai Rp 25 miliar dan terkait makelar kasus di tubuh Polri itu tinggal di gang sempit. Ia besar di perkampungan padat di Warakas, Jakarta Utara. Tapi, itu dulu. Kini Gayus tinggal di perumahan elite berharga miliaran rupiah di Gading Park View, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Wow!

Baru lima tahun bekerja di pajak, seandainya gayus sudah bekerja 10 tahun bisa-bisa gayus menjadi orang terkaya di Indonesia. Enak ya kerja di pajak, bisa cepat kaya... hehehe

Walau orang pajak suka makan uang pajak yang notabanenya adalah uang rakyat, tapi saya pribadi masih yakin tak semua orang pajak itu seperti gayus, HARI GINI BELUM ADA NPWP APA KATA DUNIA..?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline