Lihat ke Halaman Asli

Rehabilitasi Pada Pasien Stroke

Diperbarui: 3 September 2023   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://digidoc.co.id/berita/penderita-stroke-di-bali-antusias-ikuti-pengobatan-gratis-dari-rsi-banjarnegara

Stroke adalah kejadian serebrovaskular dengan gejala klinis yang berkembang cepat dengan gangguan fungsi otak fokal atau global yang bertahan lebih atau sama dengan 24 jam atau dapat menyebabkan kematian, dengan tidak adanya penyebab lain selain dari pembuluh darah. Secara umum stroke bisa dibagi menjadi dua berupa Stroke Hemoragik (perdarahan) dan Stroke Non Hemoragik (bukan perdarahan). Stroke adalah penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di dunia dan penyakit penyebab kematian pertama di Indonesia. Selain dapat menyebabkan kematian, salah satu dampak lain dari penyakit stroke adalah penurunan fungsi yang dialami oleh pasien yang menyebabkan terjadinya disabilitas. 

Pasien stroke yang mengalami disabilitas akan berefek besar pada kehidupan pribadi pasien mulai dari menurunnya kemampuan bekerja, beribadah, bersosialisasi, dan bermasyarakat. Oleh karena itulah sangat penting untuk pasien stroke mendapatkan penanganan rehabilitasi untuk meningkatkan fungsi tubuh pasien setelah mengalami serangan stroke. Rehabilitasi pada pasien stroke ditangani oleh tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (Sp.KFR), fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasional, ortotik/prostetik, petugas sosial, psikolog, perawat dan rohaniawan.

 Rehabilitasi stroke terdiri dari beberapa fase, diantaranya: 

  • Fase Akut, saat pasien dalam kondisi tidak stabil (< 2 minggu), tujuan dari fase ini adalah untuk melancarkan perfusi otak dan mencegah terjadinya komplikasi pada pasien akibat stroke dan imobilisasi lama. Pada fase ini beberapa hal yang bisa dilakukan adalah  positioning pada pasien untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus, Chest Physical Therapy untuk mencegah terjadinya pneumonia akibat imobilisasi lama, dan Passive ROM Exercise untuk mencegah terjadinya kontraktur. Tidak direkomendasikan melakukan Active ROM Exercise pada pasien apabila pasien masih dalam kondisi tidak stabil, pasien dapat dikatakan stabil apabila memenuhi kriteria: Mean Arterial Pressure (<120 pada SH, <130 pada SNH), GDS 90-250, Tekanan Darah stabil selama minimal 3 hari, dan saturasi oksigen >95%. 
  • Fase Subakut, biasanya dilakukan saat 2 minggu - 6 bulan setelah terjadi serangan stroke, dilakukan setelah pasien dalam keadaan stabil. Tujuan dari fase ini adalah untuk mengembalikan dan meningkatkan limitasi fungsi yang dialami pasien karena stroke. Sangat perlu diperhatikan bahwa golden period peningkatan fungsi pada pasien berlangsung selama 6 bulan setelah serangan, setelah 6 bulan peningkatan cenderung akan minimal.Pada fase ini akan dilakukan skrining gangguan fungsi apa saja yang dialami oleh pasien seperti kelemahan anggota gerak, gangguan sensorik, gangguan berkomunikasi, gangguan menelan, gangguan sensoris, dan gangguan psikologis. Setelah ditemukan limitasi fungsi inilah baru bisa ditentukan penanganan apa yang diperlukan pasien seperti program fisioterapis, terapi wicara, terapi okupasi, pemakaian ortotik/prostetik, dan psikolog. 
  •  Fase Kronis, dilaksanakan saat >6 bulan setelah serangan, dalam fase ini fokus terapi pada pasien adalah optimalisasi dan adaptasi fungsi yang dimiliki pasien. Contohnya jika pasien dengan kesulitan makan sendiri setelah 6 bulan terapi tidak ada peningkatan signifikan, pada pasien ini bisa diberikan alat makan/sendok yang lebih besar untuk memudahkan pasien makan dengan mandiri. 

 

Kembalinya atau meningkatnya fungsi pada pasien setelah mengalami serangan stroke ketika dilakukannya rehabilitasi dapat dijelaskan dengan konsep neuroplasticity. Konsep neuroplasticity adalah kemampuan otak untuk berubah secara struktur dan fungsi dengan membuat koneksi baru dan kemampuan bagian otak yang sehat mengambil alih fungsi bagian yang terkena, ketika terjadinya input dari luar berupa motorik atau sensorik.   

Sumber

  • Buku Ajar Kedokteran FIsik dan Rehabilitasi. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2020
  • Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. Third Edition. New York: DEMOSMEDICAL; 2015.
  • White Book Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Edisi ke-2. Jakarta: PB PERDOSRI; 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline