Dua puluh empat tahun lalu, tepatnya 10 Februari tahun 1999, seorang tokoh intelektual meninggal tatkala sedang mengisi sebuah simposium. Beliau adalah YB Mangunwijaya atau yang dikenal dengan sapaan Romo Mangunwijaya.
Saya lebih dulu mengenal nama YB Mangunwijaya sebagai penulis novel "Burung-Burung Manyar". Kemudian saya jadi tahu bahwa Romo Mangun bukan sekedar seorang sastrawan. Lebih dari itu, beliau juga salah satu pelopor pendidikan alternatif dan pemikir pendidikan humanis di Indonesia.
Sepak terjang Y.B Mangunwijaya terukir antara lain di Yogyakarta. Romo Mangun mendirikan Laboratorium Dinamika Edukasi Dasar, yang memfokuskan pendidikan dasar bagi anak-anak prasejahtera dan terlantar.
Selain itu, beliau merupakan perintis program pendidikan dasar eksperimental di SD Kanisius Mangunan, Kalasan, yang sarat dengan segala inovasi dan rintisan pengajaran sains.
Riwayat singkat Romo Mangunwijaya tersebut membuat saya penasaran, bagaimana konsep dan pemikiran-pemikiran beliau soal pendidikan di Indonesia?
Saya menemukan salah satu tulisan Romo Mangunwijaya yang diterbitakan tahun 1998, berjudul, "Beberapa Gagasan tentang SD: Bagi 20 Juta Anak dari Keluarga Anak Kurang Mampu."
Berdasarkan tulisan tersebut, saya menemukan banyak sekali gagasan Romo Mangunwijaya yang masih relevan untuk hari ini. Saya pun coba memetik inti-inti pemikiran beliau.
Berikut ini adalah tujuh butir pemikiran yang mampu saya petik dan uraikan.
1. Sekolah kerap terlambat atau kurang cepat untuk merespon perkembangan zaman.
Menurut Romo Mangunwijaya, kesulitan dari setiap sistem sekolahan, baik itu di negara kita maupun di mancanegara adalah keterlambatan beradaptasi.