Suatu hari seorang siswa bertanya, mengapa kita menontong film di kelas? Apa hubungannya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan tayangan film?
Boleh jadi pertanyaan ini juga berbunyi di dalam benak sejumlah guru yang belum sempat tahu bahwa menonton tayangan di kelas itu perlu. Khususnya dalam konteks pembelajaran Bahasa, baik Bahasa Indonesia maupun pelajaran Bahasa Inggris. Sebab, itu berkaitan dengan salah satu keterampilan berbahasa yaitu memirsa.
Keterampilan memirsa sebagai konsep baru dalam pembelajaran bahasa di era ini patut menjadi sorotan. Sebagaimana yang telah saya tulis di kompasiana minggu lalu, bahwa keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif kini berkembang menjadi 3 jenis. Bukan hanya menyimak dan membaca tetapi juga memirsa.
Keterampilan Memirsa, Literasi Digital dan Teks Multimodal
Konsep dasar keterampilan memirsa sudah menjadi aspirasi pendidikan bahasa melalui kurikulum 2013 Edisi revisi 2016/2017. Siswa dihadapkan pada keterampilan bahasa untuk berbagai tujuan, audiens, dan konteksnya. Siswa belajar untuk terbiasa dengan beragam informasi yang disajikan dalam bentuk teks multimodal yaitu lisan, cetak, dan konteks digital.
Gerakan literasi di sekolah yang dianjurkan oleh Kemdikbud sejak kurang lebih lima tahun belakangan, juga telah menyiratkan konsep keterampilan memirsa dengan istilah literasi digital.
Konsep literasi digital ini dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan, dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan dan membuat informasi. Dalam hal ini, memirsa dapat disandingkan dengan keterampilan lain seperti berbicara dan menulis.
Kini, kita juga dapat pelajari konsep "memirsa" secara eksplisit lewat penjelasan Capaian Kompetensi di Kurikulum Merdeka (2022).
Dalam penjelasan tersebut, memirsa merupakan kemampuan peserta didik ( siswa) untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian cetak, visual dan/atau audio-visual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya.
Komponen-komponen pembelajaran bahasa yang dapat dikembangkan dalam keterampilan memirsa memiliki kesamaan dengan keterampilan membaca. Misalnya, kepekaan terhadap fonem(bunyi), huruf, sistem isyarat, kosa kata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Letak perbedaannya ada pada karakter media informasinya, yang bukan lagi bacaan fisik melainkan tayangan (visual).