Sekolah tatap muka pelan-pelan mulai dibuka. Mendikbud-Ristek telah memberi lampu hijau untuk wilayah level 1 sampai level 3 untuk mengadakan sekolah tatap muka. Sambil menunggu dinamika pembukaan wilayah sekolah secara merata, sepertinya asyik kalau mengintip gagasan dunia internasional, mengenai cara mereka merespons keadaan pendidikan untuk masa depan, ketika pandemi covid-19 berakhir.
Komisi internasional dari UNESCO, bernama International Commission on the Futures of Education (akan disingkat: ICFE), telah melaporkan sembilan gagasan untuk memulihkan dunia pendidikan pasca COVID-19. Gagasan tersebut dilaporkan dalam buklet digital bertajuk Education in a post-COVID World, yang telah rilis pada tahun 2020.
Komisi yang terdiri dari 19 pemikir dari dunia akademisi, sains, pemerintahan, bisnis dan pendidikan itu, menelurkan 9 poin anjuran bagi masyarakat dunia.
Saya mencoba mengintip gagasan-gagasan tersebut dan menuangkannya pada uraian berikut.
1. Pendidikan sebagai Kebaikan Bersama: Dari kebiasaan kompetitif menjadi semangat kolaboratif
Para pemikir internasional dari UNESCO ( ICFE) tersebut menegaskan pada poin pertama, bahwa pendidikan harus menjadi kebaikan bersama sebagaimana kesehatan umum.
Permasalahan sejak lama yaitu kesenjangan sosial, mencuat berlipat ganda tatkala pandemi covid-19 melanda dunia. Masalah sosial meluas, dari ketimpangan ekonomi hingga kesehatan masyarakat. Menurut ICFE, pendidikan akan menjadi benteng melawan permasalahan-permasalahan sosial tersebut.
Komitmen tersebut menekankan pendidikan yang bersifat inklusif, penuh solidaritas, yang mendukung perkembangan individu dan kolektif. Kesadaran para pegiat atau praktisi pendidikan pelan-pelan akan berubah dari kebiasaan kompetitif menjadi semangat kerja sama atau kolaboratif.
Pendidikan juga harus berkaitan erat dengan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran yang melibatkan masyarakat dan pembelajaran yang berpusat pada masyarakat merupakan komponen kunci. Kemerataan kualitas pendidikan bagi masyarakat umum harus segera dilakukan.