Baliho politisi yang bermunculan pada kondisi pandemi sempat menjadi isu yang kontroversi. Banyak tangapan dari masyarakat bermunculan, baik respon secara kritis maupun respon yang normatif.
Walau belum melihat baliho-baliho itu secara langsung, saya tetap dapat menikmatinya lewat ungahan-ungahan medsos dan sorotan media berita nasional.
Ketika mengamati keempat gambar baliho di layar gawai itu, perhatian saya langsung tertuju bukan pada tokoh atau foto dalam baliho tersebut, namun lebih kepada slogan-slogannya.
Pada keadaan ini, saya berterima kasih karena saya jadi mengingat kembali mengenai salah satu fenomena kebahasaan yang cukup penting namun jarang menjadi pembahasan, yaitu mengenai modalitas.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai baliho-baliho tersebut, pengertian modalitas perlu diuraikan terlebih dahulu.
Modalitas dalam pembahasan ini merujuk pada disiplin linguistik (ilmu kebahasaan).
Kajian mengenai modalitas, secara umum menyentuh wilayah semantik (makna) bahasa.
Ada banyak penjelasan tentang modalitas dari para ahli bahasa (linguis), baik dari Indonesia maupun dari mancanegara, sehinggga definisi dan konsepnya terus berkembang.
Modalitas dalam Kajian Linguistik
Pengertian modalitas secara praktis setidaknya dapat dipahami sebagai bentuk atau gambaran tentang "gradasi makna" dari sikap penutur (pengguna bahasa) terhadap "pesan" yang dituturkannya.