Lihat ke Halaman Asli

Marendra Agung J.W

TERVERIFIKASI

Urban Educator

Ibu Jari yang Menangis

Diperbarui: 23 Maret 2019   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: drawception.com/game

Salah satu Ibu Jari datang ke rumahku. Ia yang akrab dipanggil jempol itu nampak habis menangis. Kutawarkan ia teh manis, tapi menolaknya.

Ia kemudian curhat tentang rasa kangennya pada masa-masa silam. ketika ia menghirup udara kebun, memendam bibit, membelai padi, memupuk tanah. Ketika ia tumbuh di keluarga yang bersahaja, ia ikut membelai rambut anak-anak yang lembut.

Ia juga mengenang ketika mendapat peran penting tatkala manusia membaca. Ia nikmati saat-saat memeluk kertas, dan lembar demi lembar pun berlanjut dengan penuh kesadaran.  

Katanya, " aku kangen, pada masa aku terpakai untuk kehidupan yang penuh khidmat." Sekarang kehidupan tambah hebat, tapi ibu jari yang datang ke rumahku ini malah merasa tak kuat menjalaninya. Ia tak ingin menjadi faktor kegaduhan.

Ia muak ketika bersentuhan dengan klakson kendaraan. Ia benci pada pelantang suara yang digenggam manusia di jalan-jalan raya, ia juga benci dengan tombol post di medsos.

" Aku ingin pindah tapi tak tahu kemana..." tuturnya sebelum pergi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline