Lihat ke Halaman Asli

World View Islam

Diperbarui: 31 Oktober 2022   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Worldview Islam adalah cara pandang seseorang muslim mencangkup aspek batin dan aspek jasad (fisik), secara menyeluruh atas realita dan kebenaran. Kelahiran worldview bukanlah secara tiba-tiba tetapi kelahirannya melewati proses yang panjang melalui beberapa aktivitas-aktivitas.atau cara pandang manusia yang menyeluruh yang mencakup kehidupan dunia.    Kajian world view sangat penting dikaji di karenakan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan keilmuan dari masa kemasa.   Ada umat islam yang mengaku islam tetapi antipati dengan islam maka yang harus kita benahi ialah tanyakan Kembali mengapa engkau masuk islam tetapi engkau anti dengan sikap yang baik apabila engkau memang benar benar islam patuhilah ajaran yang membahas tentang islam.

Hubungan antara world view islam dengan Bahasa sangatlah berpengaruh bagi kehidupan karena menyesuaikan dengan zaman tetapi dari masalah tersebut ada sisi negatifnya diantara dapat menghapus Bahasa resmi yang berada d suatu daerah.  Bahasa asing yang sudah di filter menjadi Bahasa yang di pakai di dalam kehidupan tidak akan menjadi masalah karena Bahasa kita juga banyak yang di ambil dari Bahasa asing.

"Aqrabu min hablil wariid apabila tidak salah yang dimaksud biasanya menfsirkannya dengan bahwa tuhan itu lebih lebih dari pada urat nadi dan saking dekatnya sampai tidak terlihat,dan Adapun yang berpendapat bahwa tuhan menyatu dengan jasad kita tetapi penafsiran nya yakni ilmu allah atau malaikat allah.  Konsep tuhan menurut islam sangat berbeda dengan konsep , konsep tuhan dalam agama lain itu tidak masuk akal mengapa demikian karena ada yang tuhannya itu bersifat benda mati. Seperti patung .

Perbedaan konsep agama barat dan islam ialah apabila menurut pendapat barat agama itu tidak boleh di bawa bawa diluar dari tempat ibadah tetapi hanya berlaku  di tempat ibadah saja. Dan apabila menurut islam agama haruslah ada dimana saja kita berpijak karena kita harus sesuai dengan agama yang sesuai dengan syariat agama.   Apabila konsep nabi menurut islam itu ialah menjadi akhir dari penyelesaian suatu masalah atau problematika,apabila menurut agama lain diantaranya ada yang menyebutkan bahwa ilmu itu bisa direnungkan dengan akal dan filsuf diri kita sendiri.

      

      Bahwa agama dan sains menghasilkan disiplin ilmu yang berbeda dan prosedur operasional yang berbeda. Sebagai contoh bahwa keyakinan mendapat sedikit bagian dalam sains, sedangkan agama tidak hanya terbatas pada hal-hal yang dapat diobservasi secara empiris. Tetapi, sekalipun keduanya tidak dapat disatukan dengan satu disiplin ilmu, namun agama dan sains dapat disatukan di bawah worldview yang sudah tersintesa (tergabung).  Sintesa dari keduanya akan memfasilitasi proses dalam membimbing masa depan yang beretika bagi manusia.  Karena worldview yang Memandang bahasa berdasarkan posisinya sebagai seorang relativis. Namun setelah melihat berbagai argument mengenai konsepsi linguistik dan tata bahasa serta relasinya dengan kultur, perilaku, dan persepsi manusia; hal ini membuat lebih terlihat bahwa ia tidak sedang mempertahankan ide relativismenya. Ini terbukti dari klaimnya berdasarkan penelitiannya mengenai suku Hopi dalam konsep linguistiknya dapat mengantarkan kita kepada realitas kebenaran yang natural. Inilah yang menekankan bahwa ide relativismenya sangat jauh dari argumen yang relativistic, bahkan statemennya malah membantah idenya sendiri.    

       prinsip epistemologi lainnya menurut Prof. Naquib al-Attas adalah dalam masalah sumber ilmu pengetahuan. Islam menerima wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan tentang Realitas dan kebenaran tertinggi. Penerimaan ini, yang sudah tentu disertai pada keimanan pada Tuhan, mempengaruhi cara pandang muslim terhadap benda-benda ciptaan dan Penciptanya. Cara pandang inilah yang memberi kira asas bagi framework metafisis yang dapat menjelaskan filsafat sains sebagai sistem integral yang mengambarkan realitas dan kebenaran. Hal ini berarti dalam Islam, ilmu pengetahuan itu berasal dari Allah dan selain melalui media panca indera dan akal yang sehat, ia diperoleh dari berita yang benar dari sumber yang otoritatif dan intuisi. Dengan kata lain epistemologi dalam Islam berkaitan erat dengan struktur metafisika dasar Islam yang telah terformulasikan sejalan wahyu, hadith, akal, pengalaman, dan intuisi.

Jalan pikiran manusia Barat modern yang juga disebut "akal modern" (modern mind) itu telah membawa angin baru atau "cara baru" dalam melihat segala sesuatu dan dari situlah lahir sains modern. Di sini kaitan antara "cara baru" dalam berpikir dengan pengetahuan ilmiah yang dihasilkannya sangat erat sekali. Jika kita rujuk kembali definisi worldview di atas, maka modernitas adalah pandangan hidup modern. Karena moderrnitas lebih menekankan pada sains dan teknologi, ketimbang agama, maka pandangan hidup Barat waktu itu disebut dengan scientific worldview.    

      Pandangan hidup Islam (Islamic worldview) bercirikan pada metode berfikir yang tauhid integral. Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam (Islamic worldview) menggunakan metode yang tidak dikotomi, yang membedakan antara objektif dan subjektif, historis-normatif, tekstual-kontekstual dsb. Sebab dalam Islam, jiwa manusia itu bersifat kreatif dan dengan persepsi, imaginasi, dan intelgensinya ia berpartisipasi dalam membentuk dan menerjemahkan dunia indera dan pengalaman inderawi, serta dunia imajnasi. Karena worldview yang seperti itulah, tradisi intelektual di Barat diwarnai oleh munculnya berbagai sistem pemikiran yang berdasarkan pada materialisme dan idealisme yang didukung oleh pendekatan metodologis seperti empirisme, rasionalisme, relisme, naominalisme, pragmatisme, dan lain-lain.

      Ajaran tauhid dalam Islam menjadikan disiplin filsafat Islam memiliki ciri khas, yakni berhubungan dengan bahkan memberi penguatan pada iman. Hal inilah yang ditunjukka

n Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Al-Ghazali Radhiyallahu 'Anhu membangun sistem filsafat yang selaras dengan ilmu aqidah (kalam), setelah menunjukkan kerancuan argumentasi para filsuf muslim yang terpengaruh filsafat Yunani. Di zaman sekarang, Syed Muhammad Naquib Al-Attas melakukan peran yang sama, yakni memperkenalkan kembali filsafat Islam sebagai worldview, sambil menunjukkan kebathilan sekularisme yang menjadi landasan filosofis setiap produksi dan praktik pengetahuan Barat modern. Worldview Islam, menurut ulama kelahiran Bogor yang kini menetap di Malaysia ini, adalah pandangan Islam terhadap kebenaran dan hakikat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline