Lihat ke Halaman Asli

Kota yang Terlatih (Skilled City)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tidak setiap kota menjadi tujuan orang-orang. Ada banyak variabel yang dapat membuat sebuah kota menjadi tempat tujuan yang menarik. Diantara kota yang menjadi tempat tujuan (baik untuk tujuan permanen maupun bukan) adalah daerah metropolitan dan/atau kota besar.

Kita tentu telah sering mendengar alasan mengapa satu kota menjadi ramai. Muaranya, seperti sering kita dengar, adalah bahwa kota menjadi pusat perputaran ekonomi.

Tetapi, kegiatan ekonomi bukanlah alasan yang terlalu benar. setidaknya, kita mengetahui ada kota yang dahulu menjadi pusat kegiatan perekonomian, sekarang mengalami kemunduran (seperti Baghdad). Atau, kota "disalib" karena kemajuan yang dialami kota yang lain.

Apa yang membuat satu kota, yang dahulunya merupakan tempat yang biasa-biasa saja, dapat menyalib daerah yang lain, yang notabene menjadi pusat perekonomian?

Satu penjelasan yang menarik diberikan oleh Edward Glaeser, pakar Urban Development dari Harvard University. Menurutnya, kota-kota menjadi maju karena kota tersebut memiliki lebih banyak penduduk yang terdidik (educated resident). Fakta yang ia dapat menunjukkan, dengan jumlah penduduk yang sama atau lebih sedikit, kota yang memiliki lebih banyak penduduk terdidik mengalami pertumbuhan yang lebih cepat daripada kota yang jumlah penduduk terdidiknya lebih sedikit. Kota-kota yang memiliki jumlah penduduk terdidik yang banyak ini disebut sebagai 'Skilled Cities.'

Apa yang membuat skilled cities lebih maju dibanding yang tidak? Setidaknya ada tiga penjelasan yang dapat diberikan.

Pertama, skilled city merupakan kota konsumen. Penduduk yang terdidik memiliki konsumsi yang lebih beragam daripada penduduk yang tidak terdidik. Penduduk yang terdidik tidak hanya membeli konsumsi untuk kebutuhan pangannya saja. Mereka juga mengonsumsi barang lain untuk perkembangan intelektualnya, seperti buku atau sarana pendidikan. Mereka juga membutuhkan sarana hiburan untuk melepaskan lelah setelah bekerja. Mereka juga tidak selalu masak di rumah, mereka membutuhkan tempat makan yang banyak untuk menambah variasi menunya. Mereka juga banyak yang bekerja di kantor, dan kantor ini membutuhkan barang-barang (seperti: komputer, printer, kertas faks, dll) untuk menunjang kegiatannya. Jadi, konsumsi menggerakkan perekonomian.

Kedua, skilled cities merupakan pusat informasi dan ide. Ide merupakan produk intelektual yang khas. Penduduk terdidik yang lebih banyak memungkinkan satu kota untuk menghasilkan lebih banyak ide. Ide-ide ini akan menyebar ke segenap penjuru yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kehidupan di kota tersebut.

Ketiga, skilled cities merupakan kota yang banyak mengadopsi perkembangan teknologi. Glaeser (2003) menyatakan bahwa satu kota hanya akan survive bila dapat mengadopsi perkembangan teknologi. Pengadopsian teknologi ini membutuhkan penduduk dengan kriteria-kriteria yang memungkinkan teknologi itu berlangsung dengan semestinya.--*

sumber




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline