Lihat ke Halaman Asli

Jodoh Tidak Beda Jauh dengan Rezeki

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya akan membahas tentang pencarian jodoh. Pembahasan yang sedikit rumit-rumit mudah tetapi sangat lekat dengan setiap insan, karena jodoh memiliki daya tarik sendiri bagi setiap orang.

Okay,  jadi  begini.  Ketika  saya  kuliah  psikologi  perkembangan,  kebetulan  Bu  Dosen menjelaskan tentang jodoh, statementyang beliau ungkapkan adalah “jodoh adalah rezeki”. Dimana jodoh tidak usah dicari, seperti rejeki yang datang, tidak usah bingung berpikir tentang siapa jodohku, dimana jodohku, karena suatu saat jodoh itu datang dengan sendirinya. Jodoh ada di Tangan Tuhan. Toh, jodoh kita sudah digariskan oleh takdir masing-masing.

Mungkin untuk kaum Hawa, statementini bisa berlaku, tetapi tidak untuk kaum Adam, yang harus mencari pendamping hidupnya kelak mampu mengisi isi hatinya. Menemaninya disaat suka maupun duka, yang mampu menghiasi kehidupannya, mampu menjadi penyegar hatinya, seperti danau di padang pasir.

Jodoh memang salah satu hal yang telah ditakdirkan oleh-Nya. Jodoh ada di Tangan Tuhan, tetapi  cobalah  kita  berpikir  sejenak,  Jodoh  yang  di  Tangan  Tuhan,  jika  kita  tidak  mau mengambilnya, maka jodoh kita tetap akan di Tangan Tuhan. Dan akan tetap diam disitu, dan mungkin saja akan diambil oleh orang lain. Persis seperti saudara saya yang tidak menikah hingga berusia tua.

Jodoh mungkin bisa diibaratkan seperti rejeki, persis dengan apa yang dikatakan oleh Bu Dosen  saya.  Okelah  aya  setuju  dengan  statement dari  beliau.  Dulu,  saya  pernah  mengikuti pengajian besar dari HIMMABA, sebuah komunitas dari alumni Tambakberas di Malang pada tahun 2013. Saya lupa nama pembicaranya, tetapi beliau sempat menjelaskan tentang rejeki. Rejeki itu terbagi menjadi dua. Pertama, rejeki yang datang dengan sendirinya, yang oleh Allah SWT berikan kepada hambaNya biasanya berupa makanan pokok, ibarat burung yang mampu mendapat pakan setiap harinya di sawah tanpa memikirkan hari esok bisa makan lagi atau tidak. Rejeki ini adalah rejeki yang membuat makhlukNya bertahan hidup, tetapi ada rejeki lain yang butuh usaha keras dalam mencapai rejeki itu, seperti kita menginginkan sebuah mobil, menginginkan sebuah baju bagus, menginginkan sebuah rumah, untuk memenuhi ini, dibutuhkan sebuah usaha, kerja keras.  Sehingga  dibutuhkanlah  sebuah  pilihan  hidup  yang  cocok  untuk  mencapai  keinginan tersebut. Rejeki model ini, rejeki selain makanan bersifat usaha , rejeki ini adalah rejeki dalam arti yang kedua.

Jika disimpulkan bahwa jodoh seperti rejeki, ada dua hal. Pertama, Jodoh yang datang tanpa usaha dan kedua, jodoh yang didapat karena usaha. Biasanya, jodoh yang datang tanpa usaha ini harus diterima apa adanya, karena kita menerima apa yang diberikan oleh Allah SWT. Bukan berarti buruk, tetapi itulah yang terbaik untuk kita, yang sesuai dengan diri kita. Berbeda dengan jodoh yang di dapat dengan adanya usaha, yang diperoleh dengan kerja keras, entah itu kerja keras yang tanpa  disadari  maupun  yang  disadari.  Disadari  adalah  mereka  yang  memang  memilih  atau menerima jodohnya secara sadar dengan melakukan istikharah dan usaha, atau yang tanpa disadari seperti kebanyakan anak sholeh/sholehah yang dipilihkan jodohnya oleh orang tuanya atau gurunya.

Penjelasan lebih lanjut dengan dua halnya rejeki tadi, yaitu rejeki pertama, harus terima apa adanya dengan apa yang didapat(jodoh yang biasa-biasa saja), rejeki kedua, akan menghasilkan jodoh yang ada apanya(ada sesuatu kenapa harus memilih jodoh tersebut, biasanya berdasarkan bobotnya, agamanya, keahliannya, dll).

Rejeki yang baik adalah rejeki atas usaha tangannya sendiri, begitu juga jodoh bagi kaum laki-laki, yaitu jodoh yang baik adalah jodoh yang didapat atas pengorbanannya sendiri, dan datang kepada calon istrinya sebagai pangeran. Begitu juga perempuan, menerima rezeki terimalah seperti orang yang zuhud, yang masih berpikir secara hati-hati tentang rejeki yang halal, yang masih meneliti ulang kehalalan rejeki tersebut, maka terimalah  jodohmu secara hati-hati, yang mampu  mengayomi  keluarga,  mampu  menghidupkan  cahaya  sakinah,  mawaddah,  wa  rahmah.

Dipertegas lagi, bahwa jodoh itu perlu usaha. Jika tidak, maka, jodoh akan tetap di Tangan Tuhan. Salah satu bentuk usaha dalam jodoh-menjodohkan akan menjadi permasalahan yang sedikit rumit, tetapi ada beberapa hal yang memudahkan dalam pencarian jodoh. Ketika saya duduk di MAN, ada satu guru yang sangat inspiratif, beliau adalah pengasuh pondok, biasa dipanggil Gus Kholiq. Beliau mewasiatkan kepada kami beberapa kalimat tentang perjodohan, “laki-laki berhak memilih, sedangkan perempuan berhak menerima atau menolak”. Inilah yang menjadi dasar yang adil  bagi perjodohan. Dimana  laki-laki  memang  harus  mampu  memilih  pendamping hidupnya dengan  cara  usaha(ikhtiar)  dan  istikhoroh(memohon  kebaikan).  Sedangkan  perempuan  harus menjaga kehormatannya jangan sampai perempuan yang mengungkapkan perasaannya kepada lakilaki, jika memang perempuan tersebut tidak suka dan tidak cinta dengan laki-laki yang melamarnya, maka katakanlah. Jika memang suka dan cinta dengan laki-laki yang melamarnya maka terimalah supaya tidak terjadi sakit hati di masa datang. Wallahua'lam bisshowab.

Malang, 4 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline