Lihat ke Halaman Asli

Khudori Husnan

peminat kajian-kajian budaya populer (https://saweria.co/keranitv)

Philoselfie, Filsafat Swafoto

Diperbarui: 27 Oktober 2020   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay

'Kamera,' kata seorang penulis bernama Walter Benjamin, 'mengenalkan kita pada optik ketidaksadaran seperti psikoanalisa pada impuls-impuls ketidaksadaran.'

Selembar potret, termasuk potret yang tersimpan di galeri HP kita,  selalu menghadirkan dua penampakan; pertama, penampakan dari  objek utama;

Kedua, penampakan  dari yang bukan merupakan objek utama tapi ikut terpotret karena melekat dalam diri objek utama.

Hubungan kedua penampakan ini sangat khas karena dari pengamatan yang jeli dan terperinci akan mendapatkan pemahaman utuh tentang objek.

Jika penjelasan ini dirasa masih ruwet berikut saya coba berikan penjelasan alakadarnya.

Citra dan Pencitraan

 Saat  swafoto (selfie), orang biasanya hanya memotret bagian paling unik serta menarik dari dirinya, dan ogah menjepret bagian yang menurutnya buruk dan memalukan hingga tak layak dibagikan pada orang lain.

Sampai saat ini jarang saya lihat foto selfie orang saat ia sedang ngupil atau menguap dengan mulut menganga maksimal.

Belum pernah juga saya lihat pose selfie orang saat menikmati aksi bersih-bersih sisa makanan yang nyangkut di sela-sela gigi.

Apa-apa saja yang dipotret lalu dibagikan, itulah yang disebut sebagai citra, sedangkan tindakan terus menerus memotret bagian paling menarik dari diri untuk kemudian secara sadar dibagikan ke orang lain disebut pencitraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline