Tayangan makan-makan termasuk program televisi yang masih bertahan hingga saat ini. Di YouTube, salah satu 'content' yang selalu nangkring di jajaran daftar trending adalah 'content' berbau makan-makan. Pertanyaannya, ada apa dengan makan dan makanan?
Mari kita awali tulisan ini dengan sebuah pantun warisan nenek moyang, yang berbunyi 'gendang gendut tali kecapi// kenyang perut senanglah hati//
Makan bukan semata pemenuhan kebutuhan fisik/ragawi. Ia adalah juga upaya untuk memenuhi kebutuhan psikis/rohani. Oleh karena itu, makan merupakan usaha nyata untuk memerkuat dua unsur penting dalam kehidupan kita, jasmani dan rohani.
Apabila salah satu unsur mengalami masalah, misalnya pikiran tidak fokus, gelisah, cemas, dan galau maka, makan enak dapat menjadi salah satu solusinya. Di sini, makan memiliki peran penting sebagai penyeimbang kesehatan jiwa dan raga.
Walhasil, apa yang kita makan dan reaksi kita pada jenis makanan tertentu, akan menggambarkan dan memengaruhi suasana kejiwaan kita.
Saat kita makan dan di sela-sela keasyikan mengunyah makanan lantas kita secara spontan nyeletuk 'waah lezat sekali makanan ini, enak, maknyus, mantap' dan seterusnya, maka dapat dipastikan jenis makanan itu mengisyaratkan adanya sesuatu yang kurang dalam diri kita dan berhasil ditutupi oleh makanan enak yang sedang kita santap.
Kekurangan yang ada dalam diri kita berkaitan dengan kepribadian misalnya egois, baperan, mudah tersulut emosi, gampang panik, gugup, dan seterusnya.
Melalui makanan enak, jenis-jenis makanan tertentu yang kita rasakan ternyata enak lahir batik, dapat membantu mentralisir berbagai kekurangan tersebut.
Selain memiliki peran sebagai penyeimbang jiwa dan raga, makanan juga berperan penting menghubungkan kembali kita dengan berbagai hal di diri kita tapi telah lama menghilang karena tertimbun berbagai pengalaman dan kisah, seiring perkembangan dan bertambahnya usia.
Seorang wanita karir sukses dan penyuka bakso, barangkali akan tetap memilih jajan bakso yang dijual dengan gerobak di pinggir jalan agak minggir got sedikit (meskipun sebenarnya dia mampu untuk jajan bakso di sebuah restoran mewah), hanya karena alasan, di bakso gerobak pinggir jalan itulah ia dan ibunya pertama kali ditaktir makan bakso oleh ayahnya semasa hidup, saat sang ayah menerima gaji pertamanya sebagai petugas keamanan di sebuah gedung perkantoran.
Hanya dengan menyantap bakso yang dijual di pinggir jalan, si wanita mampu menjalani kehidupannya dengan santai hingga akhirnya sukses seperti yang telah lama ia cita-citakan.