Lihat ke Halaman Asli

Hari Ibu dan Memastikan Masa Depan Indonesia

Diperbarui: 28 Desember 2022   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HARI IBU MEMASTIKAN MASA DEPAN INDONESIA

Mengapa Ibu Negara Hj.Iriana Jokowi berpesan agar menurunkan angka Stunting dan menurunkan angka Kematian Ibu melahirkan ?

 Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar *) 

 Percakapan sekitar 3 huruf hebat ini, IBU, atau mam atau mak atau mom,atau umi tidak ada tepinya, ia luas, seluas jangkauan hati dan nurani memandang dan merasa, tak dapat diperdebatkan. Sekalipun berbeda menarasikannya, tetapi semuanya indah, menggugah bahkan sering menguras airmata bangga dan cinta.

Ibu Negara Iriana Jokowi membuka hari, Kamis 22 Desember 2022, mengawali dengan memberikan sambutan yang sangat menggugah dan mengingatkan betapa sosok ibu dan kaum perempuan merupakan sosok luar biasa, yang harus menunjukkan potensinya agar semakin berdaya membangun kesetaraan dan kehidupan. Ibu Negara juga mengajak membangun Generasi Tangguh dan berperan membentuk karakter bangsa.

Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Nomor 316 Tahun 1959 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Jogyakarta, tempat itu kemudian dikenal sebagai Balai Srikandi, terjadi pertemuan sekitar 30 organisasi perempuan pejuang dari Pulau Jawa dan Sumatera, yang kemudian menjadi momentum lahirnya Kongres Perempuan yang kini disebut Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Tahun 1950, untuk pertama sekali perempuan menjadi anggota Kabinet, yaitu Maria Ulfah sebagai Menteri Sosial.

Pada tahun 1983, Presiden Soeharto meresmikan Kompleks Monumen Balai Srikandi, tempat dimana Kongres Perempuan pertama diselenggarakan menjadi Mandala Bhakti Wanitatama.

Pada Kongres Perempuan pertama tahun 1928 itu, dikenal banyak pejuang perempuan seperti Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Meutiah, RA Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan banyak lagi yang selain berjuang untuk kemerdekaan Indonesia sebagai persyaratan terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan, sekaligus merintis berdirinya Organisasi Perempuan.

Sejumlah agenda utama Kongres yaitu Persatuan perempuan, Perjuangan kemerdekaan, Peran dalam pembangunan, Perbaikan Gizi dan Kesehatan bagi Ibu dan balita, Pernikahan usia dini pada perempuan. Kaum perempuan juga memperjuangkan pengendalian harga bahan makanan pokok.

Pilihan perjuangan tokoh perempuan Nusantara ketika itu, sangat cerdas, tepat dan faktual.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline