Lihat ke Halaman Asli

Rizky Perdana

dr,SpPD,KPTI,FINASIM,Dr(Epid)

Omega-3 dan Penyakit Kardiovaskuler

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tim peneliti Perancis telah menemukan dosis DHA (docosahexaenoic acid) yang ‘tepat’ untuk mencegah penyakit kardiovaskuler pada laki-laki sehat. Para peneliti menyatakan bahwa DHA dengan dosis 200 mg sehari sudah cukup untuk mempengaruhi petanda biokimiawi yang secara reliabel dapat digunakan untuk memprediksi kelainan kardiovaskuler, seperti proses penuaan, aterosklerosis dan diabetes. Studi ini yang pertama kali mengidentifikasi berapa banyak DHA yang diperlukan untuk menghasilkan kesehatan jantung optimal yang sehat.

Michael Lagarde dkk dari Universitas de Lyon, Perancis,menyatakan bahwa studi ini membuktikan bahwa konsumsi DHA dalam jumlah kecil ini tampaknya dapat memperbaiki status kesehatan, terutama yang berhubungan dengan fungsi kardiovaskuler.

Untuk menentukan dosis optimal DHA, para peneliti menyelidiki efek dosis DHA yang ditingkatkan pada 12 sukarelawan laki-laki sehat, usia 53-65 tahun. Subjek-subjek ini mengkonsumsi DHA dosis 200,400,800 dan 1600 mg sehari selama 2 minggu untuk setiap dosis. Dalam studi ini,DHA merupakan satu-satunya asam lemak omega-3 yang ada dalam diet. Sampel darah dan urin dikumpulkan sebelum dan setelah setiap dosis dan 8 minggu setelah suplementasi DHA dihentikan. Para peneliti kemudian memeriksa sampel ini untuk mengukur petanda biokimiawi yang menunjukkan efeknya, untuk setiap dosis.

Dr. Gerald Weissmann sebagai editor kepala majalah FASEB Journal mengatakan bahwa dengan sudah diketahuinya jumlah DHA yang tepat yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah melakukan uji klinik yang melibatkan lebih banyak subjek. Sebelum uji klinik ini terbukti, maka ia lebih suka mengkonsumsi makanan lezat yang mengandung DHA, seperti ikan, dibandingkan mengkonsumsi asam lemak omega-3 yang dijual dalam bentuk vitamin.

Selected Reading :

The FASEB Journal 2009;23:2909-2916

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline