Lihat ke Halaman Asli

Gerhana Matahari Total: Waktunya Seleksi Mitos

Diperbarui: 20 Februari 2016   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian orang Indonesia itu lebih percaya dengan mitos, bahkan setelah era digitalisasi seperti sekarang ini pun. Bukan berarti mitos itu tidak benar, hanya saja kurang tepat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mitos itu adalah “cerita suatu bangsa tt dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tt asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tsb mengandung arti mendalam yg diungkapkan dng cara gaib;”

Saya sendiri memiliki pengertian mengenai mitos, yaitu adalah cara manusia di masa lalu untuk menjelaskan apa yang tidak bisa mereka jelaskan pada waktu itu. Biasanya mengenai kejadian alam, seperti gerhana matahari dan gerhana bulan.

Kenapa mereka tidak bisa menjelaskannya?

Ada banyak alasan, salah satunya adalah teknologi yang saat itu belum mendukung manusia untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal yang kelak akan dijelaskan dengan mitos. Selain itu cara untuk menjelaskan sesuatu yang belum bisa dipahamai masyarakat zaman dahulu.

Mitos juga bisa menjadi ‘senjata’ ampuh untuk menakuti-nakuti, terutama anak-anak karena terkadang berbau hal-hal yang menakutkan. Gerhana Matahari itu sendiri adalah sebuah fenomena alam ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Ada banyak mitos di dunia ini, apalagi di Indonesia. Berhubung sebentar lagi akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT), maka mitos mengenai gerhana Matahari akan dibahas sedikit.

Ada mitos yang mengatakan kalau saat gerhana Matahari terjadi, ada raksasa yang memakan Matahari itu, matahari dicuri oleh seekor anjing, dan masyarakat Yunani kuno percaya kalau gerhana Matahari adalah tanda kemarahan dari Dewa-Dewi dan pertanda musibah akan datang.

Tapi, tidak semua mitos mengenai gerhana Matahari itu berbau negatif, ada juga yang positif. Seperti mitos dari Italia yang mengatakan kalau menanam bunga pada saat gerhana Matahari maka bunga itu akan menjadi lebih indah dan berwarna. Dan mitos yang paling menarik, dan rasanya sangat cocok untuk kondisi di Indonesia dan dunia saat ini, adalah mitos dari Suku Batammaliba dari Benin dan Togo dari Afrika Barat. Mereka percaya bahwa saat terjadi gerhana, Matahari dan Bulan sedang bertengkar. Satu-satunya cara untuk menghentikan konflik tersebut adalah dengan mengesampingkan perbedaan.

Maka, amatlah menggelikan di abad ke-20 petinggi-petinggi di Indonesia masih saja diselimuti mitos, seperti yang terjadi pada peristiwa GMT tanggal 11 Juni 1983. Ketika itu,

Menteri Penerangan, Harmoko, meneruskan peringatan dari Presiden Soeharto yaitu melarang masyarakat melihat GMT secara langsung.

Mengapa tidak boleh, Pak Menteri? Ketika itu Harmoko mengatakan kalau melihat GMT secara langsung akan menjadikan mata buta. Itulah sebabnya Harmoko memerintahkan agar  masyarakat tidak keluar rumah dan melihat gerhana melalui siaran langsung dari “TVRI” saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline