Lihat ke Halaman Asli

Kita Dihomogenisasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mengapa kamu membeli pakaian di mal dan bukan di pasar? Mengapa kamu minum coca cola daripada es teh? Mengapa kamu memakai sandal converse daripada swallow? Mengapa kamu sering mengucap kata secara ketimbang karena? Mengapa kamu melakukan yang ini dan bukan yang itu?

Jawabannya sederhana, yaitu karena orang lain melakukannya. Karena orang lain melakukannya maka kamu menirunya.

Melalui media massa (majalah, koran, televisi, dll), brosur, baliho, dll model itu diciptakan. Para artis akan merayumu: “Kamu akan seperti aku bila kamu memakai produk ini.” Dan kamu terbujuk. Apa yang ditawarkan sang artis, kemudian kamu cari.

Sebenarnya barang-barang itu tersebar hampir di semua tempat. Namun kamu akan memilih pergi ke mal karena banyak orang di sana yang juga berkepentingan sama dengan kamu. Terlebih lagi, karena sinetron di televisi mencontohkan begitu. Di mal kamu bisa nongkrong, bisa ketemu cewek-cowok yang rupawan, bisa melihat barang-barang bagus, bisa gaul (istilah remaja zaman sekarang).

Di satu kota bisa kau temui puluhan mal. Bahkan ratusan di kota besar, Jakarta misalnya. Berkunjunglah ke salah satunya! Kamu akan menemukan toko-toko yang memasang label harga yang tak bisa diganggu gugat. Kamu akan menemukan Mc Donals, Bioskop 21, kotak foto, toko buku, kaos merek ini, celana merek itu, sepatu merek ini, telepon genggam merek itu, dll.

Berkunjunglah juga ke mal luar kota! Kamu akan menemukan barang-barang yang sama dengan barang-barang yang ada di mal yang telah kau kunjungi di sana. Berkunjunglah ke mal-mal luar negeri! Perancis, Italia, Singapura, dll. Niscaya kamu juga menemukan barang-barang yang sama di sana.
Namun apa reaksi kamu ketika melihat orang lain memakai barang, kaos misalnya, yang sama dengan milikmu? Kamu akan merasa sebal, marah, bahkan mungkin memutuskan untuk membuang barang milikmu itu?

Dan bagaimana bila kawanmu mengatakan wajahmu mirip seseorang? Saya mempunyai teman yang perawakannya mirip dengan penjual nasi goreng. Saya dan teman-temannya sering mengatakan bahwa ia mirip dengan penjual nasi goreng itu. Kamu bisa menebak apa reaksinya. Tentu saja, ia marah.

Apa artinya realitas-realitas di atas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline