Ketika Kylian Mbappe diperkenalkan oleh Real Madrid, tercatat lebih dari 80.000 ribu suporter yang datang ke Stadion Santiago Bernabeu, Madrid. Jumlah itu hampir serupa dengan apa yang terjadi sewaktu Cristiano Ronaldo diperkenalkan di stadion yang sama pada tahun 2009.
Situasi itu tentu saja menyiratkan ekspetasi tinggi. Popularitas Mbappe sebagai pesepakbola berkualitas sudah dikenal luas.
Figurnya dinilai sebagai generasi baru selepas generasi Ronaldo dan Lionel Messi. Bahkan, prediksi bermuara pada satu konklusi bahwa cepat atau lambat Mbappe akan mendapatkan trofi Ballon d'Or dengan berseragam Madrid.
Ternyata, prediksi itu harus diperbaharui. Ekspetasi tinggi yang sudah mengawang di langit harus turun ke bumi. Performa Mbappe tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pemain asal Perancis itu sementara mengalami masa-masa sulit selama bermain dengan Madrid.
Dua kekalahan Madrid di Santiago Bernabeu menyoroti Mbappe. Mbappe gagal bersinar saat ditundukkan Barcelona di Liga Spanyol. Malahan, pemain berusia 25 tahun itu seperti menjadi bulan-bulanan lini belakang Blaugrana lantaran 12 kali terjebak perangkap offside. 2 golnya dianulir gegara terjebak offside.
Performa Mbappe tak membaik tatkala AC Milan bertandang ke Santiago Bernabeu dalam lanjutan kualifikasi grup Liga Champions Eropa 2024/25. El Real yang kalah 3-1 dari Milan seperti terjerembab dalam jurang keterpurukan, yang mana untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, Madrid kalah di Santiago Bernabeu. Terang saja, keangkeran Bernabeu ternoda dalam hasil pada dua laga terakhir.
Mbappe pun disoroti. Keran golnya macet. Pengaruhnya di lini depan Madrid tak begitu nampak. Suara-suara kritis mulai muncul ke ruang publik. Termasuk proposal untuk membangkucadangkan dan coba memainkan pemain yang lain.
Sejauh ini dari 15 laga bersama Madrid, Mbappe baru mencetak 8 gol dan 3 di antaranya dibuat dari titik penalti. Namun, dari lima laga terakhir, Mbappe hanya membuat 1 gol.
Salah satu sebab dari kemandekan performa Mbappe di Madrid terjadi lantaran perubahan posisi. Di Paris Saint Germain (PSG), Mbappe dipandang sebagai "pangeran" Paris. Tempatnya menjadi prioritas dalam skema permainan tim. Ban kapten berlingkar di lengan tangan kanannya guna memperkuat posisinya di tim.
Dia mendapatkan posisi favorit di sektor penyerang sayap kiri. Tempat itu sangat sulit terganggu walaupun Neymar dan Lionel Messi pernah bermain di PSG. Juga, kecenderungan permainan tim terarah kepada Mbappe.