Ketika Liverpool tersingkir dari Piala FA pada 17 Maret 2024 oleh Manchester United (MU) di Old Trafford, asa Liverpool meraih empat trofi pada musim ini menjadi pupus.
Sejak saat itu, tertinggal dua trofi, yang nota bene satu trofi, Piala Carabao 2024 sebenarnya sudah masuk kabinet Liverpool. Asa terakhir Liverpool adalah meraih trebel.
Dua trofi, Liga Inggris dan Piala Liga Eropa menjadi target tersisa Liverpool. Namun, tak disangka jalan untuk memenuhi target itu tak semulus dari apa yang dibayangkan.
Dalam rentang kurang dari sebulan, asa untuk meraih trebel berada di ujung tanduk. Barangkali paling tepatnya, belum sepekan mimpi trebel Liverpool musim ini mulai abu-abu.
Mulai dari hasil imbang kontra MU pada lanjutan Liga Inggris pekan ke-31 yang mana pasukan asuhan Jurgen Klopp itu ditahan imbang 2-2 di Old Trafford. Hasil imbang itu membuat Liverpool harus turun ke peringkat kedua klasemen sementara Liga Inggris di bawah Arsenal.
Berselang tiga hari setelah hasil kurang manis di Old Trafford, secara mengenaskan Liverpool tumbang di Anfield pada leg pertama di babak perempat final Liga Eropa.
Tak tanggung-tanggung, tim tamu asal Serie A Liga Italia, Atalanta datang ke Anfield sebagai "kuda hitam" tetapi berhasil menyarangkan tiga gol tanpa balas ke gawang Liverpool.
Terang saja, tiga gol itu seperti tamparan keras untuk Liverpool yang sebulan lalu mempunyai asa besar meraih empat gelar pada musim ini. Asa itu makin berada di ujung tanduk lantaran dua hasil negatif yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari sepekan.
Apa yang salah dari Liverpool?
Menimbang dua laga terakhir Liverpool, dua faktor yang bisa menjadi sebab. Pertama, lini depan Liverpool yang kehilangan "instinct killer". Banyak peluang tercipta, tetapi faktor penyelesaian akhir begitu lemah.
Penyerang tengah, Darwin Nunez kembali menjadi sorotan. Pemain asal Uruguay ini tercatat menyia-nyiakan dua peluang emas dalam laga kontra Atalanta.