Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Jalan Salib, Jalan Jadi Oposisi Ketidakadilan

Diperbarui: 30 Maret 2024   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Jalan Salib. Foto: Kompas.com

Hari ini, Jumat (29/3/2024) umat Kristen Katolik di seluruh dunia merenungkan penderitaan dan kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Biasanya hari ini disebut dengan Jumat Agung. 

Perayaan hari ini sebenarnya keberlanjutan dari rangkaian perayaan selama sepekan hingga hari Minggu Paskah, yang mana dinamakan "Pekan Suci." 

Perayaan Jumat Agung merupakan momen permenungan pada peristiwa penderitaan, penyaliban, dan kematian Tuhan Yesus. 

Apabila kita pergi ke daerah-daerah yang bermayoritaskan Katolik, pelbagai kegiatan yang dibuat selama sepekan, terlebih khusus pada hari Jumat Agung, hari ini.

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian dan ditekankan pada Jumat Agung adalah Jalan Salib. Ada rupa-rupa cara memaknai Jalan Salib, salah satunya lewat drama atau yang biasa disebut dengan tablo yang dimainkan oleh beberapa orang guna menghidupi kembali apa yang terjadi sewaktu penderitaan dan kematian Tuhan Yesus.

Mereka membuat drama mulai dari penangkapan Tuhan Yesus, proses pengadilan, penyiksaan ke jalan Golgota hingga proses penyaliban. Pendek kaya, situasi di masa lalu dihidupkan kembali lewat drama. Bahkan, pakaian yang dikenakan oleh pemain drama serupa dengan apa yang dikenakan pada masa lalu. 

Ada pula yang membuat Jalan Salib di gereja atau pun di lingkungan umat sembari merenungkan peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam penyaliban Tuhan Yesus.

Esensi mendasar dari Jalan Salib adalah merenungi drama penyaliban Tuhan Yesus. Untuk konteks saat ini, permenungan itu dihubungkan dengan konteks kehidupan harian. 

Lebih jauh, permenungan itu pun dikaitkan dengan realitas hidup yang sementara terjadi saat ini, baik itu di keluarga maupun kehidupan yang lebih luas. 

Jalan Salib yang terjadi menjadi gambaran tak langsung dari realitas kehidupan yang penuh dengan kedukaan, kesulitan, dan penderitaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline