Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Meragukan Gibran Jadi Magnet bagi Pemilih Muda

Diperbarui: 26 Oktober 2023   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Foto: Facebook Prabowo Subianto via Kompas.com

Pendaftaran pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka dari Koalisi Indonesia Maju ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) melengkapi pasangan calon yang akan berkontestasi pada pemilihan presiden 2024. 

Sebelumnya, sudah dua paslon yang telah mendaftar ke KPU yakni Anies Baswedan yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD.

Sebagai paslon terakhir yang mendaftar ke KPU, tentu saja, realitas itu menarik perhatian publik. Terlebih lagi, perkawinan duet Prabawo dan Gibran diwarnai oleh pelbagai drama politik, dan bahkan sebagian pihak menilainya dengan kontroversi. 

Kontroversi itu muncul saat Mahkamah Konstitusi (MK) menggolkan usulan perubahan kriteria umur bagi seseorang yang mau terlibat dalam kontestasi pilpres. Dalam mana, MK memutuskan seseorang di bawah usia 40 tahun bisa terlibat pilpres asalkan pernah atau sementara menjabat kepala daerah lewat pemilu.

Terang saja, Gibran yang berusia 36 tahun dan berstatuskan walikota Solo seperti mendapat karpet merah atas ketuk palu MK. Keputusan MK menjadi kontroversial lantaran status Gibran sebagai anak presiden Joko Widodo dan ketua MK saat ini, Anwar Usman adalah saudara ipar dari presiden Jokowi atau paman sendiri dari Gibran. Oleh sebab itu, relasi keluarga ini dipandang sinis dan secara tak langsung dinilai sebagai faktor yang ikut bermain dalam pengambilan keputusan MK.

Persepsi pada pencawapresan Gibran pun bernuansa sinis. Tak sedikit yang menilai bahwa kelolosannya ke kursi cawapres lebih karena faktor kekuasaan yang sementara dipegang oleh keluarganya daripada semata-mata rekam jejaknya sebagai politikus dan walikota.

Persepsi negatif ini bisa saja kontra produktif dengan slogan yang mau dan lagi didengung-dengungkan Gibran dan kubunya tentang peran kaum muda. Ya, Gibran dipandang sebagai representasi kaum muda yang dinilai bisa duduk dalam lingkaran kekuasaan. 

Pandangan ini, di satu sisi, sangat sepihak dan subyektif. Alasannya karena faktor pencawapresan Gibran yang menghadirkan nada pro dan kontra. 

Bagaimana pun, Gibran naik dan mendampingi Prabowo bukanlah suara mutlak dari kaum muda. Malahan, sebaliknya Gibran seperti dijadikan alat untuk menggaet kaum muda semata daripada magnet yang mewakili kaum muda.

Untuk itu, kontroversi yang mengitari pencawapresan Gibran perlu disikapi secara seksama oleh kubu Prabawo dan Gibran. Menjadi masalah jika realitas itu digoreng-goreng oleh kubu lawan dan kemudian malah menjerumuskan elektabilitas Prabowo-Gibran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline