Pencarian Pelatih Pep Guardiola menjadi juara Liga Champions Eropa di luar klub Catalan, Barcelona akhirnya tercapai dini hari tadi (11/6/23). Keberhasilan itu ditandai oleh kemenangan Manchester City 1-0 atas Inter Milan di Instabul, Turki.
Gol tunggal gelandang jangkar, Rodri di babak kedua sudah cukup mengakhiri perlawanan ketat Inter. Ya, Inter bukannya tanpa perlawanan berarti bagi Man City.
Bahkan, model perlawanan Inter mungkin barangkali mengejutkan banyak pihak lantaran Inter mempunyai beberapa peluang emas, namun gagal dikonversi menjadi gol. Juga, Man City beruntung mempunyai Ederson yang tampil solid dan cekatan di bawah mistar gawang.
Final Liga Champions Eropa di Istanbul Turkey menyajikan pertarungan yang seru. Inter meladeni permainan Man City dengan mengedepankan permainan fisik dan ketat. Setiap kali, Man City menguasai bola, para pemain Inter bergerak cepat dan mengunci pola serangan Man City.
Akibat lanjutnya, Man City sulit mengembangkan permainan. Malahan, sejak mencetak gol, Man City tampak panik dan beberapa kali mendapat ancaman serius dari Inter.
Kendati Inter menguasai jalannya laga, Man City coba tenang dan tak ragu memilih bermain untuk bertahan. Pertahanan solid di lini belakang menjadi salah satu kunci Man City meredam agresivitas Inter Milan.
Berkat raihan trofi Liga Champions, Man City menutup musim ini dengan catatan musim ini. Man City mengulangi sejarah rival sekotanya, Manchester United (MU) yang pernah meraih trebel di musim 1997/98 lalu.
Juga, Guardiola mengulangi nasib baik sebagai pelatih lantaran berhasil mendapatkan dua kali trebel dalam karir kepelatihannya. Sebelumnya di Barcelona, dan musim ini di Man City.
Perubahan Taktik Guardiola
Tak dipungkiri, pencarian Man City untuk mendapatkan trofi Liga Champions tercapai dan pengaruh Guardiola tak bisa dipungkiri. Pelatih asal Spanyol ini menjadi salah satu aktor penting dari permainan Man City. Bahkan, di enem musimnya di Man City, taktik Guardiola bertransformasi.