Kemenangan timnas Indonesia U-22 atas timnas Vietnam U-22 pada semifinal cabang olahraga sepak bola di SEA Games menghadirkan euforia yang cukup gegap gempita di kubu Indonesia.
Alasan paling pertama lantaran Indonesia mengalahkan salah satu kekuatan sepak bola Vietnam. Vietnam seperti sudah menjadi "musuh" klasik Indonesia di Asia Tenggara. Tak pelak, laga berlangsung panas.
Alasan kedua adalah cara Indonesia meraih kemenangan. Sanga dramatis.
Indonesia kehilangan 1 orang pemain gegara kartu merah sejak menit ke-62. Kekurangan satu pemain tersebut tak menyurutkan mentalitas pemain Indonesia.
Walau Vietnam menyamakan keunggulan 2-2, Indonesia tak gentar menghadapi serangan pemain Vietnam. Keajaiban terjadi. Gol dari luar titik penalti mengoyak jala Vietnam, meruntuhkan mentalitas para pemain Vietnam, dan makin menyolidkan permainan Indonesia.
Indonesia menang 3-2. Melaju ke final menjadi asa bagi Indonesia meraih medali emas. Lawan berikutnya adalah Thailand, juga lawan yang tak sembarang di Asia Tenggara.
Walau demikian, berbekal mentalitas di semifinal kontra Vietnam, Indonesia bisa belajar banyak hal. Termasuk, bagaimana Indonesia meladeni kekuatan Thailand.
Dalam laga kontra Vietnam, satu pemandangan menarik terjadi. Tepatnya di menit ke-72. Wasit memberikan isyarat bagi pemain untuk melakukan cooling break atau jeda untuk mendinginkan diri.
Istilah cooling break bukan hal baru di olaharaga. Untuk konteks sepak bola agaknya jarang terjadi. Biasanya dilakukan bergantung pada kondisi cuaca di mana pertandingan sepak bola terjadi itu terjadi.
Pertama kali aturan cooling break diperkenalkan pada Piala Dunia 2014 di Brasil. Laga pertama kala itu yang mengikuti aturan cooling break terjadi antara Belanda dan Meksiko.