Biasanya, setiap Minggu malam kami yang bekerja dalam pelayanan yang sama di salah satu provinsi bagian Utara Filipina berkumpul di rumah induk. Kami berjumlah 14 orang. Kadang kala saja jumlah kami lengkap.
Faktor jarak dan kepentingan kerap menjadi alasan. Kebetulan, ada 5 orang asal Indonesia dalam kelompok kami ini.
Saat ini, tiga orang rekan asal Indonesia sementara berlibur ke tanah air. Tertinggal saya dan salah satu rekan sesama Indonesia.
Lantas, teman-teman asal Filipina menanyakan banyak hal tentang perjalanan teman-teman kami yang sementara berlibur, tempat mereka di Indonesia, dan relasi kami dengan mereka.
Kami menjawab seadanya seturut pengetahuan kami tentang tempat asal mereka. Pasalnya, kami juga berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia.
Mereka pun menanyakan kami tentang seberapa lama kami tak berlibur. Saya sendiri sudah tiga tahun tak pulang ke kampung halaman.
Sementara teman yang satunya sudah lima tahun tak pulang. Pandemi korona menghalanginya pulang berlibur dua tahun lalu. Dia berencana hingga tahun depan untuk berlibur agar bisa disesuaikan dengan kondisi tempat kerjanya.
Teman-teman asal Filipina agak terkejut ketika mengetahui jika teman itu belum pernah pulang dalam jangka waktu 5 tahun. Pertanyaan lanjutnya adalah apakah tidak rindu dengan keluarga di kampung halaman.
Tentu saja, rasa rindu itu karena tinggal berjauhan dengan keluarga itu sulit terhindarkan. Namun, rasa itu tertebus dengan perkembangan teknologi dan internet, terlebih khusus keberadaan media sosial saat ini.
Rekan saya itu pun bercerita bagaimana dia berelasi dengan keluarga di kampung. Hanya lewat aplikasi di media sosial seperti Facebook dan WhatsApp, dia bisa berkomunikasi dengan keluarganya yang berada di kampung.
Berkat media sosial, dia gampang bisa membangun relasi dengan keluarganya. Jadinya, rasa rindu tak lagi menjadi beban untuknya yang sudah lama tinggal di Filipina.