Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Ketika Harry Kane Mulai Jatuh Cinta dengan Antonio Conte

Diperbarui: 6 Februari 2022   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Striker Tottenham Hotspurs, Harry Kane. Foto: AFP/Adrian Dennis via Kompas.com

Di awal musim 2021/22, Harry Kane sempat menjadi topik dari drama antara Manchester City dan Tottenham Hotspur. Man City menjadikan Kane sebagai salah satu target penting. Bahkan target pertama, mendahului Jack Grealish yang sudah bergabung dengan Man City dari Aston Villa. 

Satu-satunya alasan Man City adalah ketiadaan striker selepas kepergian Sergio Aguero. Kane dipandang sebagai sosok yang cocok menggantikan Aguero di Man City. 

Pasalnya, Kane bukan saja tipe striker yang mempunyai produktivitas yang cukup tinggi di Liga Inggris, tetapi juga mampu menjai pengumpan bagi rekan-rekan setimnya. Tercatat bahwa Kane termasuk pemain penyumbang assist terbanyak pada musim lalu di Liga Inggris. 

Boleh dikatakan, Kane memiliki kemampuan lengkap untuk tipekal sebagai seorang penyerang. Juga, sangat cocok dengan gaya permainan Pep Guardiola, di mana striker tak hanya berdiri untuk mencari ruang kosong dan menunggu umpan-umpan rekan setim, tetapi juga sosok yang bisa membangun serangan. 

Andaikata Kane jadi mendarat di Etihad, Kane bisa saja memainkan peran false nine atau sebagai penyerang lubangperan yang pernah dimainkan Lionel Messi sewaktu Pep masih melatih Barcelona. Kelebihan Kane adalah fisik, di mana dia bisa juga mencetak gol dengan kepalanya. 

Niat Man City untuk mendatangkan Kane seperti serarah dengan keinginan Kane. Secara terang-terangan, mendekati akhir musim 2020/21 Kane menyatakan niatnya untuk hengkang dari Tottenham Hotspur. 

Terlihat Kane agak ragu dengan kemampuan Tottenham. Kendati Kane kerap memberikan kontribusi untuk tim, namun peluang untuk mencapai prestasi di level klub bersama Tottenham begitu tipis. 

Berbeda dengan beberapa rekan setimnya yang memilih pindah dari Tottenham dan mengiakan tawaran dari klub-klub mapan di Liga Inggris. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mencicipi gelar di level klub. 

Sementara Kane harus terus gigit jari karena situasi Tottenham. Situasi sempat rumit ketika  Nuno Espirito Santo yang didapuk sebagai pengganti Jose Mourinho gagal memperbaiki performa tim. 

Kane juga sempat mandul. Kualitasnya seperti menurun cukup drastis. Nuno Espirito Santo kemudian dipecat setelah 10 laga bersama Tottenham, dan Tottenham akhirnya berani untuk bernegosiasi dengan Antonio Conte. 

Keberanian Tottenham memenuhi tuntutan Conte mulai terbayar. Tottenham perlahan-lahan mulai memperbaiki performa dan posisi tim di Liga Inggris. Target berada di 4 besar kian menjadi kenyataan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline