Barcelona kalah 3-0 dari Bayern Munchen. Kekalahan ini menutup pintu bagi Barca ke babak selanjutnya di kompetesi Liga Champions.
Ya, setelah 17 tahun, Barcelona kembali bermain di Piala Eropa. Tentu saja, pada tempat pertama, tak sedikit pihak yang kecewa dan sedih dengan tersingkirnya Barca dari Liga Champions.
Situasi yang dialami oleh Barca dianggap petaka serentak kemunduran. Biasanya, Barca selalu melaju hingga babak perempat final atau pun semifinal.
Namun, pada pihak lain ketersingkiran Barca ini sudah bisa diprediksi. Performa tim dalam kondisi timpang.
Kekalahan kontra Bayern hanyalah salah satu gambarang dari kondisi tim. Bertandang ke markas Bayern, Xavi coba memercayakan para pemain yang relatif sudah lama di tim senior.
Praktisnya, hanya Gavi dilibatkan dalam skuad utama. Skenario ini gagal.
Lantas, Xavi coba memasukan R. Puig, Y. Demir, Mingueza, dan N Gonzales di babak kedua. Situasinya tetap sama. Barca tak bisa mencetak gol ke gawang Bayern, pun tak bisa menutup rapat barisan belakang dari gol tambahan.
Pergantian pelatih sebenarnya bukanlah solusi utama untuk Barca. Xavi Hernandez yang menggantikan Ronald Koeman masih harus berupaya menemukan formula yang cocok untuk mengembalikan mentalitas kemenangan Barca.
Jalan Xavi sebagai pelatih Barca begitu terjal. Kekalahan kontra Bayern merupakan kekalahannya kedua berturut-turut sebagai pelatih Barca.