Sepak bola merupakan permainan kolektif. Kegemilangan satu orang pemain tak lepas dari kontribusi 10 orang pemain lainnya. Karenanya, sangat diperlukan keharmonisan di antara pemain dalam satu tim.
11 orang bermain kompak untuk meraih satu tujuan. Pencapaian pribadi hanyalah efek tambahan dari hasil yang dicapai oleh permainan bersama sebuah tim.
Kekompakan itu juga ditunjukkan lewat keinginan untuk melepaskan ego pribadi. Kendati dipandang sebagai pemain bintang, masih perlu menyadari keberadaan para pemain lain. Tujuannya agar bisa menghindari konflik di antara pemain.
Ya, konflik di antara pemain bisa menjadi salah satu sebab dari runtuhnya keharmonisan tim. Ujung-ujungnya, hal itu bisa mempengaruhi penampilan tim.
Timnas Perancis sepertinya berhadapan dengan konflik internal. Antara Oliver Giroud dengan Kylian Mbappe.
Konflik itu bermula selepas Perancis bermain kontra Bulgaria dalam laga persahabatan. Kendati menang, Giroud tampak kecewa dengan rekan setimnya, Mbappe. Dua gol yang dicetak oleh Giroud seolah belum memuaskan pemain Chelsea itu atas penampilannya bersama timnas Perancis.
Selepas laga Giroud mengungkapkan rasa sesalnya. Menurutnya, sepanjang laga dia tidak terlihat aktif. Pasalnya, rekan setimnya tidak memberikan bola kepadanya.
Tim pers Perancis menerjemahkan bahwa komentar Giroud itu tertuju kepada Mbappe. Mbappe pun tidak terima.
Mbappe memang dikenal pemain yang mempunyai kualitas individu di atas rata-rata. Seringkali membawa bola seorang diri. Itu semua berkat kecepatannya menghalau bek-bek lawan. Efek sampingnya, Mbappe kadang tidak peduli pada rekan-rekan setimnya.
Kabarnya, Mbappe ingin mengklarifikasi pernyataan rekan setimnya itu. Akan tetapi, Didier Deschamps meminta Mbappe untuk mengurungkan niatnya itu (Goal.com 13/6/21).
Tindakan Deschamps benar. Membiarkan Mbappe memberikan klarifikasi hanya akan menambah masalah baru di air keruh. Muara akhirnya pada relasi di antara pemain.